Jumat, 18 Januari 2013

PRIORITAS AMAL YANG BERKELANJUTAN DAN IKHLAS

Alfaqih Warsono




 
إِنّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى سَيِّدِنَا مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْن.
أَمَّابَعْدُ ، فَيَا أَيُّهَاالْحَاضِرُوْن رحمكم الله إِتَّقُواالله كَمَا قَالَ اللهُ تَعَالَى. أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْم. يَاأَيُّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتَّّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ.
Mengawali khutbah Jumat kali ini, marilah kita senantiasa memperbaharui, meningkatkan dan memperbaiki keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT dengan sebaik-baiknya, tanpa niat sedikitpun untuk ingkar kepada Allah SWT.
 
Ma’asyiral muslimin, taqwa adalah merupakan satu bentuk amalan/perbuatan manusia yang dilakukan dalam rangka melakukan pendekatan diri dan keta’atan kepada Allah SWT. Perlu diketahui bahwa Al-Qur'an menjelaskan, sebagaimana yang dijelaskan oleh sunnah Nabi saw,  bahwa sesungguhnya perbuatan manusia di sisi Allah itu memiliki berbagai tingkatan.  Ada  perbuatan  yang  paling mulia  dan  paling  dicintai oleh Allah SWT daripada perbuatan yang lainnya. Allah SWT berfirman:
 
أَجَعَلْتُمْ سِقَايَةَ الْحَاجِّ وَعِمَارَةَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ كَمَنْ آمَنَ بِاللّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ وَجَاهَدَ فِي سَبِيلِ اللّهِ لاَ يَسْتَوُونَ عِندَ اللّهِ وَاللّهُ لاَ يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ ﴿١٩﴾ الَّذِينَ آمَنُواْ وَهَاجَرُواْ وَجَاهَدُواْ فِي سَبِيلِ اللّهِ بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنفُسِهِمْ أَعْظَمُ دَرَجَةً عِندَ اللّهِ وَأُوْلَئِكَ هُمُ الْفَائِزُونَ ﴿٢٠﴾
 
   "Apakah (orang-orang) yang memberi minuman kepada orang-orang yang mengerjakan haji dan mengurus masjid al-Haram, kamu samakan dengan orang-orang yang beriman  kepada Allah dan hari kemudian serta berjihad di jalan  Allah? Mereka tidak sama di sisi Allah, dan Allah tidak memberikan petunjuk kepada kaum yang zalim. Orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan  Allah dengan harta benda dan diri mereka, adalah lebih  tinggi derajadnya di sisi Allah; dan itulah orang-orang yang mendapat kemenangan."(at-Taubah: 19-20)
 
Dalam sebuah hadits shahih disebutkan, "Sesungguhnya iman  itu ada enam  puluh  lebih cabang --atau tujuh puluh lebih—yang paling tinggi di antaranya ialah la ilaha illa Allah, dan yang paling  rendah  ialah  menyingkirkan  penghalang  yang  ada dijalan."  Hal  ini   menunjukkan   bahwa   jenjang   iman   itu bermacam-macam nilai dan tingkatannya.
 
Penjenjangan   ini   tidak  dilakukan  secara  ngawur,  tetapi didasarkan atas nilai-nilai  dan  dasar-dasar  yang  dipatuhi. 
 
Di  antara  ukurannya  ialah  bahwa  jenis pekerjaan/amal ini harus pekerjaan yang paling langgeng (kontinyu); di  mana  pelakunya terus-menerus melakukannya  dengan  penuh  disiplin. Sehingga perbuatan seperti  ini  sama  sekali  berbeda  tingkat  dengan perbuatan  yang  dilakukan  sekali-sekali  dalam  suatu  waktu tertentu.
 
Sehubungan  dengan  hal  ini  dikatakan  dalam  sebuah  hadits shahih:
 
   "Amalan yang paling dicintai Allah adalah amalan yang paling langgeng walaupun sedikit."
 
- عن عائشة رضي الله عنها أنها قالت: سئل النبي صلى الله عليه وسلم: أي الأعمال أحب إلى الله؟ قال: (أدومها وإن قل). وقال: (اكلفوا من الأعمال ما تطيقون).
 
Bukhari dan  Muslim  meriwayatkan  dan  Masruq  berkata,  "Aku bertanya kepada  Aisyah  r.a.,  Amalan  apakah  yang  paling dicintai  oleh  Nabi  saw?,  Aisyah  menjawab:  "Amalan yang langgeng."
 
Diriwayatkan dari 'Aisyah r.a. bahwa sesungguhnya Nabi saw masuk ke rumahnya, pada saat itu 'Aisyah sedang bersama dengan seorang perempuan.  Nabi saw bertanya, "Siapakah wanita ini?"   Aisyah  menjawab, "Fulanah yang sangat terkenal dengan shalatnya (yakni  sesungguhnya  dia  banyak  sekali melakukan shalat)."Nabi saw bersabda, "Aduh, lakukanlah apa  yang kamu mampu melakukannya. Demi Allah, Allah SWT tidak bosan sehingga kamu sendiri yang bosan."
 
   'Aisyah berkata, "Amalan agama yang paling dicintai olehnya ialah yang senantiasa dilakukan oleh pelakunya." 
 
Perkataan "aduh" dalam hadits tersebut  menunjukkan  keberatan beliau atas beban berat dalam beribadah, dan membebani diri di luar batas kemampuannya. Yang  beliau  inginkan  ialah  amalan yang  sedikit tapi terus-menerus dilakukan. Melakukan ketaatan secara terus-menerus sehingga  banyak  berkah  yang  diperoleh akan berbeda dengan amalan yang banyak tetapi memberatkan. Dan boleh jadi, amalan yang  sedikit  tapi  langgeng  akan  tumbuh sehingga  mengalahkan  amalan yang banyak yang dilakukan dalam satu waktu. Sehingga  terdapat  satu  peribahasa  yang  sangat terkenal  di  kalangan  masyarakat, "Sesungguhnya sesuatu yang sedikit tapi terus  berlangsung  adalah  lebih  baik  daripada amalan yang banyak tetapi terputus."
 
Itulah  yang  membuat Nabi saw memperingatkan orang-orang yang terlalu berlebihan dalam menjalankan agamanya dan sangat kaku; karena  sesungguhnya  Nabi saw khawatir bahwa orang itu akan bosan  dan  kekuatannya  menjadi  lemah,  sebab  pada  umumnya begitulah  kelemahan yang terdapat pada diri manusia. Dia akan putus di tengah jalan. Ia menjadi orang yang tidak  jalan  dan juga tidak berhenti.
 
Oleh karena itu, Rasulullah saw bersabda,
 
   "Hendaklah kamu melakukan amalan yang mampu kamu lakukan, karena sesungguhnya Allah SWT tidak bosan sehingga kamu menjadi bosan sendiri."
 
Beliau saw juga bersabda, "Ikutilah petunjuk yang sederhana (tengah-tengah)karena orang yang kaku dan keras menjalankan agama ini akan dikalahkan olehnya."
 
Sebab wurud hadits ini adalah seperti  apa  yang  diriwayatkan oleh  Buraidah yang berkata, "Pada suatu hari aku keluar untuk suatu keperluan, dan kebetulan  pada  saat  itu  aku  berjalan bersama-sama  dengan  Nabi  saw. Dia menggandeng tangan saya, kemudian kami bersama-sama pergi. Kemudian di depan  kami  ada seorang  lelaki  yang  memperpanjang  ruku' dan sujudnya. Maka Nabi  saw  bersabda,  Apakah  kamu  melihat  bahwa  orang  itu melakukan riya'?, Abu berkata, 'Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu.' Kemudian beliau melepaskan  tanganku,  dan  membetulkan kedua  tangan  orang  itu  dan  mengangkatnya sambil bersabda, 'Ikutilah petunjuk yang pertengahan...'. Allah berfirman :
 
وَمَنْ أَحْسَنُ دِيناً مِّمَّنْ أَسْلَمَ وَجْهَهُ لله وَهُوَ مُحْسِنٌ واتَّبَعَ مِلَّةَ إِبْرَاهِيمَ حَنِيفاً وَاتَّخَذَ اللّهُ إِبْرَاهِيمَ خَلِيلاً ﴿١٢٥﴾
 
(125). Dan siapakah yang lebih baik agamanya daripada orang yang ikhlas menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang diapun mengerjakan kebaikan, dan ia mengikuti agama Ibrahim yang lurus? Dan Allah mengambil Ibrahim menjadi kesayanganNya. (QS An Nisa [4]: 125
 
Itulah sekelumit tentang bagaimana kita beramal agar diterima di sisi Allah. Beramal banyak disertai riya sehingga terasa berat lagi tidak merasakan kenikmatan beramal, atau beramal sedikit (syukur banyak) tetapi ikhlash dengan khusyu’ sehingga terasa ringan dan nikmat? Hanya kita sendiri yang bisa menjawabnya disaksikan Allah. 
 
Semoga Allah meridhoi niat baik kita untuk melakukan amal yang ikhlash dan semoga pula Allah memberi taufik atas usaha tersebut. Amin. 
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ.
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.