Alfaqih Warsono
إنّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ
وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا
وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ
فَلاَ هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ
مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ . اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى سَيِّدِنَا
مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْن.
أَمَّابَعْدُ ، فَيَا
أَيُّهَاالْحَاضِرُوْن رحمكم الله إِتَّقُواالله كَمَا قَالَ اللهُ تَعَالَى.
أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْم. يَاأَيُّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا
اتَّّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ
مُسْلِمُوْنَ.
Taqwa : menjaga ketaatan kepada Allah swt agar tidak rusak,
tidak durhaka. Dalam keluarga, semua
harus menjaga ketaatan ini, terutama kepala keluarga.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنفُسَكُمْ
وَأَهْلِيكُمْ نَاراً وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ
شِدَادٌ لَا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ ﴿٦﴾
QS AtTahrim:006. Hai orang-orang yang beriman, peliharalah
dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan
batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak
mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu
mengerjakan apa yang diperintahkan.
Strategi kita adalah penuhi kebutuhan mrk selagi mengarah
kepada kebaikan dan taqwa. Jangan biarkan mrk memenuhi kebutuhannya dengan
menghalalkan segala cara yang berakibat kepada subhat dan haram.
عن سعد بن أبـي وقاص رع أنّ رسول الله
ص.م قال: إِنَّكَ لَنْ تُنْفِقَ نَفَقَةً تَبْتَغِيْ بِهَا وَجْهَ اللهِ إِلاَّ
أُجِرْتَ عَلَيْهَا، حَتَّـى مَا تَجْعَلُ فِـيْ فِـي امْرَأَتِكَ. رواه البخارى\56 ومسلم\1628
Sungguh tidaklah engkau membelanjakan nafkah/harta dengan
tujuan mengharap wajah Allah kecuali kamu akan mendapat pahala, termasuk
makanan yang kamu berikan kepada isterimu.
Hadits ini mengisyaratkan bahwa kkita tidak boleh egois
dengan harta/uang kita, hanya untuk memenuhi kesenangan sendiri tanpa peduli
dan tidak pernah dinikmati oleh anak dan istri. Sementara keluarga sangat sulit
diberi belanja, kebutuhan pendidikan anak tidak terpikirkan (memang biaya
pendidikan sebagian ditanggung Negara, namun kebutuhan pendidikan lain bukan
berarti tidak ada), kebutuhan penopang kesehatan terabaikan. Apatah lagi untuk
shodaqoh kepada orang lain yang sangat membutuhkan, tentu akan enggan dan
saying jika diinfakkan. Inilah profil manusia yang tidak ikhlash dalam
membelanjakan harta/uangnya, tidak mengharap wajah/ridho Allah, ia akan
menyesal di akhirat kelak, ia akan dimintai pertanggungjawabannya oleh Allah.
كلكم راع وكلكم مسؤول عن رعيته
Hadits di atas juga menunjukkan besarnya keutamaan member
belanja kpd anggota keluarga dengan niat ikhlas karena mengharap wajah Allah
(sebagaimana disampaikan Imam Nawawi dalam Syarhu Shahih Muslim VI/16), bahkan
ini termasuk amal belanja yang paling utama dan besar pahalanya. Rasulullah saw
bersabda: Dinar/uang yang kamu belanjakan untuk berjihad di jalan Allah,
dinar/uang yang kamu belanjakan untuk memerdekakan budak, dan uang yang kamu
belanjakan untuk kebutuhan keluargamu; yang paling besar pahalnya adalah
dinar/uang yang kamu belanjakan untuk keluargamu. (HR Muslim no. 2358)
Tentu saja uang yang dibelanjakan tersebut adalah uang yang
diperoleh dengan cara yang halal, bukan subhat apalagi haram, menurut pandangan
syara islam, karena ini sama saja dengan memberi bara api kedlm perutnya. Ini
tergantung bagaimana niat kita, apakah untuk melaksanakan perintah Allah dan
mencari keridhoannya atau tidak.
Imam Ibnu Daqiq al ’Id rahimahullah berkata: pahala
membelanjakan harta/uang didapatkan dengan syarat niat yang benar (ikhlas)
mengharap wajah Allah swt. Dan ini adalah perkara yang sulit jika ditentang
oleh keinginan nafsu dan syahwat. (Ihkamul ahkam II/460)
Meski pahala membelanjakan harta yang besar ada pada belanja
untuk keluarga, namun bukan berarti seorang muslim hanya mencukupkan diri
dengan menafkahkan harta bagi keluarganya saja, tanpa kenal bersedekah di jalan
kebaikan lain yang disyariatkan Islam. Bahkan Islam sangat menganjurkan
bersodaqoh dengan kelebihan harta kita di jalan Allah, karena ini yang menjadi
sebab harta kita akan kekal dan menjadi simpanan kebaikan yang berlipat di sisi
Allah.
Kita hendaklah tidak menjadi orang baru sadar ingin
ikhlas membelanjakan harta/uang kita setelah jatuh sakit dan ada
tanda-tanda akan datangnya ajal kematian. Sebernya itulah orang tidak ikhlas
dan tidak mengharap wajah Allah.
Sebagaimana dijelaskan Allah QS al Munafiqun 63/10.
وَأَنفِقُوا مِن مَّا رَزَقْنَاكُم مِّن
قَبْلِ أَن يَأْتِيَ أَحَدَكُمُ الْمَوْتُ فَيَقُولَ رَبِّ لَوْلَا أَخَّرْتَنِي إِلَى
أَجَلٍ قَرِيبٍ فَأَصَّدَّقَ وَأَكُن مِّنَ الصَّالِحِينَ ﴿١٠﴾
010. Dan belanjakanlah sebagian dari apa yang telah Kami
berikan kepadamu sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kamu;
lalu ia berkata: "Ya Tuhanku, mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian)
ku sampai waktu yang dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku
termasuk orang-orang yang saleh?"
Ucapan orang spt itu sebenarnya Allah tidaklah butuh, maka
Allah jawab:
وَلَن يُؤَخِّرَ اللَّهُ نَفْساً إِذَا
جَاء أَجَلُهَا وَاللَّهُ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ ﴿١١﴾
011. Dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan
(kematian) seseorang apabila datang waktu kematiannya. Dan Allah Maha
Mengetahui apa yang kamu kerjakan.
Maka sebelum terlambat, dan Allah masih memberi kesempatan
dengan hidup kita ini, untuk berbenah aktivitas kita dengan menurut dan tidak
membangkang perintah Allah dalam urusan mu’amalat. Kemudian hasilnya diniatkan
mengharap wajah Allah memenuhi kebutuhan keluarga secara wajar untuk keperluan
berbakti kepada Allah, jika ada lebih bersedekahlah untuk orang lain yang
membutuhkan.
Mudah-mudahan Allah rido kepada usaha kita, dan kita pun
kelak akan rido dengan balasan yang Allah berikan.
إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ
أُوْلَئِكَ هُمْ خَيْرُ الْبَرِيَّةِ ، جَزَاؤُهُمْ عِندَ رَبِّهِمْ جَنَّاتُ عَدْنٍ
تَجْرِي مِن تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَداً رَّضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ
وَرَضُوا عَنْهُ ذَلِكَ لِمَنْ خَشِيَ رَبَّهُ
QS AlBayyinah: 007. Sesungguhnya orang-orang yang beriman
dan mengerjakan amal saleh mereka itu adalah sebaik-baik makhluk.
008. Balasan mereka di sisi Tuhan mereka ialah surga `Adn
yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya
selama-lamanya. Allah ridha terhadap mereka dan merekapun ridha kepadaNya. Yang
demikian itu adalah (balasan) bagi orang yang takut kepada Tuhannya.
بارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ