Sabtu, 22 November 2014

Taqwa dan Pemeliharaan Belanja Keluarga

AlFaqih Warsono



إنّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ . اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى سَيِّدِنَا مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْن.
أَمَّابَعْدُ ، فَيَا أَيُّهَاالْحَاضِرُوْن رحمكم الله إِتَّقُواالله كَمَا قَالَ اللهُ تَعَالَى. أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْم. يَاأَيُّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتَّّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ.
Taqwa : menjaga ketaatan kepada Allah swt agar tidak rusak, tidak durhaka.  Dalam keluarga, semua harus menjaga ketaatan ini, terutama kepala keluarga.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَاراً وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ ﴿٦﴾
QS AtTahrim:006. Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.

Strategi kita adalah penuhi kebutuhan mrk selagi mengarah kepada kebaikan dan taqwa. Jangan biarkan mrk memenuhi kebutuhannya dengan menghalalkan segala cara yang berakibat kepada subhat dan haram.
عن سعد بن أبـي وقاص رع أنّ رسول الله ص.م قال: إِنَّكَ لَنْ تُنْفِقَ نَفَقَةً تَبْتَغِيْ بِهَا وَجْهَ اللهِ إِلاَّ أُجِرْتَ عَلَيْهَا، حَتَّـى مَا تَجْعَلُ فِـيْ فِـي امْرَأَتِكَ.   رواه البخارى\56  ومسلم\1628
Sungguh tidaklah engkau membelanjakan nafkah/harta dengan tujuan mengharap wajah Allah kecuali kamu akan mendapat pahala, termasuk makanan yang kamu berikan kepada isterimu.

Hadits ini mengisyaratkan bahwa kkita tidak boleh egois dengan harta/uang kita, hanya untuk memenuhi kesenangan sendiri tanpa peduli dan tidak pernah dinikmati oleh anak dan istri. Sementara keluarga sangat sulit diberi belanja, kebutuhan pendidikan anak tidak terpikirkan (memang biaya pendidikan sebagian ditanggung Negara, namun kebutuhan pendidikan lain bukan berarti tidak ada), kebutuhan penopang kesehatan terabaikan. Apatah lagi untuk shodaqoh kepada orang lain yang sangat membutuhkan, tentu akan enggan dan saying jika diinfakkan. Inilah profil manusia yang tidak ikhlash dalam membelanjakan harta/uangnya, tidak mengharap wajah/ridho Allah, ia akan menyesal di akhirat kelak, ia akan dimintai pertanggungjawabannya oleh Allah.
كلكم راع وكلكم مسؤول عن رعيته
Hadits di atas juga menunjukkan besarnya keutamaan member belanja kpd anggota keluarga dengan niat ikhlas karena mengharap wajah Allah (sebagaimana disampaikan Imam Nawawi dalam Syarhu Shahih Muslim VI/16), bahkan ini termasuk amal belanja yang paling utama dan besar pahalanya. Rasulullah saw bersabda: Dinar/uang yang kamu belanjakan untuk berjihad di jalan Allah, dinar/uang yang kamu belanjakan untuk memerdekakan budak, dan uang yang kamu belanjakan untuk kebutuhan keluargamu; yang paling besar pahalnya adalah dinar/uang yang kamu belanjakan untuk keluargamu. (HR Muslim no. 2358)

Tentu saja uang yang dibelanjakan tersebut adalah uang yang diperoleh dengan cara yang halal, bukan subhat apalagi haram, menurut pandangan syara islam, karena ini sama saja dengan memberi bara api kedlm perutnya. Ini tergantung bagaimana niat kita, apakah untuk melaksanakan perintah Allah dan mencari keridhoannya atau tidak.

Imam Ibnu Daqiq al ’Id rahimahullah berkata: pahala membelanjakan harta/uang didapatkan dengan syarat niat yang benar (ikhlas) mengharap wajah Allah swt. Dan ini adalah perkara yang sulit jika ditentang oleh keinginan nafsu dan syahwat. (Ihkamul ahkam II/460)

Meski pahala membelanjakan harta yang besar ada pada belanja untuk keluarga, namun bukan berarti seorang muslim hanya mencukupkan diri dengan menafkahkan harta bagi keluarganya saja, tanpa kenal bersedekah di jalan kebaikan lain yang disyariatkan Islam. Bahkan Islam sangat menganjurkan bersodaqoh dengan kelebihan harta kita di jalan Allah, karena ini yang menjadi sebab harta kita akan kekal dan menjadi simpanan kebaikan yang berlipat di sisi Allah.

Kita hendaklah tidak menjadi orang baru sadar ingin ikhlas membelanjakan harta/uang kita setelah jatuh sakit dan ada tanda-tanda akan datangnya ajal kematian. Sebernya itulah orang tidak ikhlas dan tidak mengharap wajah Allah.
Sebagaimana dijelaskan Allah QS al Munafiqun 63/10.
وَأَنفِقُوا مِن مَّا رَزَقْنَاكُم مِّن قَبْلِ أَن يَأْتِيَ أَحَدَكُمُ الْمَوْتُ فَيَقُولَ رَبِّ لَوْلَا أَخَّرْتَنِي إِلَى أَجَلٍ قَرِيبٍ فَأَصَّدَّقَ وَأَكُن مِّنَ الصَّالِحِينَ ﴿١٠﴾
010. Dan belanjakanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kamu; lalu ia berkata: "Ya Tuhanku, mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian) ku sampai waktu yang dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku termasuk orang-orang yang saleh?"

Ucapan orang spt itu sebenarnya Allah tidaklah butuh, maka Allah jawab:
وَلَن يُؤَخِّرَ اللَّهُ نَفْساً إِذَا جَاء أَجَلُهَا وَاللَّهُ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ ﴿١١﴾
011. Dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian) seseorang apabila datang waktu kematiannya. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.

Maka sebelum terlambat, dan Allah masih memberi kesempatan dengan hidup kita ini, untuk berbenah aktivitas kita dengan menurut dan tidak membangkang perintah Allah dalam urusan mu’amalat. Kemudian hasilnya diniatkan mengharap wajah Allah memenuhi kebutuhan keluarga secara wajar untuk keperluan berbakti kepada Allah, jika ada lebih bersedekahlah untuk orang lain yang membutuhkan.
Mudah-mudahan Allah rido kepada usaha kita, dan kita pun kelak akan rido dengan balasan yang Allah berikan.
إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ أُوْلَئِكَ هُمْ خَيْرُ الْبَرِيَّةِ ، جَزَاؤُهُمْ عِندَ رَبِّهِمْ جَنَّاتُ عَدْنٍ تَجْرِي مِن تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَداً رَّضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ ذَلِكَ لِمَنْ خَشِيَ رَبَّهُ
QS AlBayyinah: 007. Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh mereka itu adalah sebaik-baik makhluk.
008. Balasan mereka di sisi Tuhan mereka ialah surga `Adn yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah ridha terhadap mereka dan merekapun ridha kepadaNya. Yang demikian itu adalah (balasan) bagi orang yang takut kepada Tuhannya.
بارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ