Alfaqih Warsono
KHUTBAH PERTAMA
إِنَّ
الْحَمْدَ للهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ
مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ
مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ
إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ
وَرَسُوْلُهُ.
“يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ اتَّقُواْ اللّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ
إِلاَّ وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ”.
“يَا
أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُواْ رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُم مِّن نَّفْسٍ وَاحِدَةٍ
وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيراً وَنِسَاء
وَاتَّقُواْ اللّهَ الَّذِي تَسَاءلُونَ بِهِ وَالأَرْحَامَ إِنَّ اللّهَ كَانَ
عَلَيْكُمْ رَقِيباً”.
“يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلاً سَدِيداً .
يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَن يُطِعْ
اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزاً عَظِيماً”
أما
بعد
Jama’ah Jumat rahimakumullah
Mari kita tingkatkan ketakwaan
kepada Allah Ta’ala dengan ketakwaan yang sebenar-benarnya, yaitu
mengamalkan apa yang diperintahkan oleh-Nya dan Rasul-Nya shallallahu
‘alaihi wa sallam serta menjauhi apa yang dilarang oleh-Nya dan Rasul-Nya shallallahu
‘alaihi wa sallam.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda:
« إِنَّ
الدُّنْيَا حُلْوَةٌ خَضِرَةٌ وَإِنَّ اللَّهَ مُسْتَخْلِفُكُمْ فِيهَا فَيَنْظُرُ
كَيْفَ تَعْمَلُونَ فَاتَّقُوا الدُّنْيَا وَاتَّقُوا النِّسَاءَ فَإِنَّ أَوَّلَ
فِتْنَةِ بَنِى إِسْرَائِيلَ كَانَتْ فِى النِّسَاءِ »
“Sesungguhnya dunia ini manis
lagi hijau (indah), dan sesungguhnya Allah menjadikan kamu pengelolanya.
Dia akan melihat apa yang kamu kerjakan, maka berhati-hatilah kamu terhadap
dunia dan berhati-hatilah terhadap wanita, karena fitnah yang pertama kali menimpa bani
Israil adalah karena wanita.”
(HR. Muslim)
Jamaah Jumat rahimani wa
rahimakumullah
Jika Anda sering berjalan-jalan,
terutama ke dataran tinggi dan pegunungan, tentu Anda akan melihat lebih jelas
indahnya dunia. Bumi yang kita tempati ini penuh dengan keindahan dan hal yang
sangat menarik. Di sana ada pemandangan yang indah, ada sungai-sungai, ada air
terjun, ada pepohonan yang lebat, udara yang sejuk, gunung-gunung yang tinggi
dan lain-lain.
Melihat pemandangan yang indah dan
menyenangkan itu, pernah terlintas dalam hati kita -mungkin juga Anda-
keinginan untuk membangun rumah di tempat yang indah tersebut; tinggal bersama
keluarga. Kita bayangkan, kita ingin pergi ke kota untuk bekerja agar dapat
mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya yang kemudian dapat kita gunakan untuk
membangun rumah di tempat yang indah tersebut. Namun terkadang kita berfikir
dan berfikir lagi, jika kita melakukannya apakah kita akan hidup kekal di sana
dan aman dari mara bahaya, kemudian bagaimana nantinya kita mencari rezeki?
Belum lagi dengan sarana-sarana yang kurang lengkap tidak seperti di kota.
Sadarlah kita bahwa kesenangan dunia
tidak sempurna; ada hidup dan ada mati, ada muda dan ada tua, ada senang dan
ada sedih, ada sehat dan ada sakit, ada rasa aman dan rasa takut serta
keterbatasan lainnya. Lebih dari itu, untuk memperoleh kesenangan dunia harus
diraih dengan kerja keras dan usaha.
Kemudian kita membandingkan keadaan
dunia dengan akhirat; yakni surga, ternyata jauh berbeda. Kita mendapatkan
dalam Alquran dan sunah tentang kenikmatan yang diperoleh penghuni surga,
ternyata benar-benar sempurna. Pemandangannya yang indah sampai tidak
terbayangkan oleh hati, belum pernah dilihat oleh mata, dan belum pernah
didengar oleh telinga. Penghuninya kekal dan tidak akan mati, mereka tetap muda
dan tidak akan tua, mereka bersaudara tidak bermusuh-musuhan, mereka tetap
senang dan tidak pernah sedih, mereka tetap sehat dan tidak pernah sakit,
mereka senantiasa memperoleh keamanan dan tidak pernah tertimpa rasa takut dan
kekhawatiran. Apa yang mereka inginkan ada di hadapan tanpa perlu bekerja keras
dan berusaha, belum lagi dengan makanan dan minuman enak yang dihidangkan,
bidadari yang bermata jeli dan kesenangan lainnya yang amat sempurna. Tentunya
hal ini diperuntukkan bagi mereka yang beriman dan beramal shalih ketika di
dunia. Mudah-mudahan kita semua dimasukkan Allah ke dalam surga, aamiin yaa
Rabbal ‘alamin.
Hadirin jamaah Jumat ‘azzaniyallahu
wa iyyakum
Kesenangan seperti inilah kesenangan
yang sesungguhnya dan kenikmatan yang pantas untuk dikejar.
خِتَامُهُ
مِسْكٌ وَفيِ ذَلِكَ فَلْيَتَنَافَسِ الْمُتَنَافِسُونَ
“Dan untuk yang demikian itu
hendaknya orang berlomba-lomba.” (QS.
Al Muthaffifin: 26)
Namun sangat disayangkan, sedikit sekali
di antara kita yang mengejarnya, bahkan kebanyakan dari kita lebih rela
mengejar kesenangan dunia yang fana’ ini, meninggalkan negeri yang kekal abadi.
بَلْ
تُؤْثِرُونَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا {16} وَاْلأَخِرَةُ خَيْرٌوَأَبْقَى {17}
“Tetapi kamu memilih kehidupan
duniawi.— Padahal kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal.” (QS. Al A’laa: 16-17)
Tidak perlu jauh-jauh untuk
membuktikannya, cobalah kita keluar rumah dan memperhatikan orang-orang di
sekitar kita –bahkan mungkin diri kita seperti itu-, kita akan
menyaksikan bahwa yang ada di benak kita pada umumnya adalah cita-cita agar
kita bisa hidup enak di dunia ini, tanpa berpikir lagi tentang akhirat; mau
bahagia atau tidak, yang penting bisa hidup enak di dunia.
Kita rela memeras akal dan
pikiran serta membanting tulang sejak bangun tidur hingga tidur kembali hanya
bertujuan untuk memperoleh kesenangan yang sesaat ini; itu pun jika dapat
dan maut belum datang. Lebih dari itu, mereka tidak menyisakan sedikit pun
waktunya untuk akhirat walau beberapa menit, untuk beribadah, untuk shalat
berjamaah, untuk menambah dengan amalan sunat, untuk membaca Alquran, untuk
berdzikr, untuk bersedekah, untuk berbakti kepada orang tua, untuk menyambung
tali silaturrahim dan mengerjakan ibadah lainnya.
Seruan azan ibarat angin yang
berlalu, ucapan hayya ‘alash shalaah-hayya ‘alal falah (marilah kita
shalat-marilah menuju kebahagiaan) masuk ke telinga kanan dan keluar lewat
telinga kiri. Kita tidak mengetahui, mengapa mereka seperti ini, masjid-masjid
yang ada menjadi sepi, kalau pun ada hanya beberapa orang saja. Entah mengapa
mereka tidak menyadari bahwa hidup di dunia hanya sementara. Padahal adakah
manusia yang hidup selamanya di dunia ini? Kalau pun ada manusia yang diberi
umur yang panjang, cobalah perhatikan akhirnya, ia akan tetap meninggal juga,
إِنَّكَ
مَيِّتٌ وَإِنَّهُم مَّيِّتُونَ
“Sesungguhnya kamu akan mati dan
Sesungguhnya mereka akan mati (pula).” (QS.
Az Zumar: 30)
Jika demikian jamaah Jumat sekalian,
apa persiapan yang sudah kita lakukan menghadapi kematian yang sudah pasti,
yang tidak melihat keadaan orang yang dijemputnya; masih muda atau sudah tua,
sehat atau sakit, kaya atau miskin?
أَيْنَمَا
تَكُونُوا يُدْرِككُّمُ الْمَوْتُ وَلَوْ كُنتُمْ فِي بُرُوجٍ مُشَيَّدَةٍ
“Di mana saja kamu berada, kematian
akan menjemput kamu, meskipun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh.” (QS. An Nisaa': 78)
Apakah harta-benda yang kita
persiapkan menghadapi kematian, padahal ia tidak akan ikut ke dalam kubur.
Apakah keluarga yang kita persiapkan, padahal keluarga tidak mendampingi kita
di alam kubur ataukah amal? Ya, amal itulah yang mendampingi kita di
dalam kubur.
Rasulullah shallalllahu ‘alaihi
wa sallam bersabda:
يَقُولُ
ابْنُ آدَمَ مَالِى مَالِى – قَالَ – وَهَلْ لَكَ يَا ابْنَ آدَمَ مِنْ مَالِكَ
إِلاَّ مَا أَكَلْتَ فَأَفْنَيْتَ أَوْ لَبِسْتَ فَأَبْلَيْتَ أَوْ تَصَدَّقْتَ
فَأَمْضَيْتَ
“Anak Adam akan berkata,
“Hartaku, hartaku”, lalu dikatakan, “Hai anak Adam, bukankah harta yang kamu
miliki itu sudah kamu makan lalu habis atau kamu pakai lalu rusak dan yang kamu
sedekahkan, itulah yang kamu bawa.” (HR. Muslim)
Jamaah Jumat rahimakumullah
Memang tidak mengapa bekerja keras
untuk meraih kehidupan yang layak di dunia, namun yang jadi masalah adalah
jika berlebihan sampai tidak menyisakan waktu untuk akhirat, dan seperti
inilah kenyataan yang kita lihat. Kita sangat sedih ketika melihat mereka yang
miskin dan hidup dalam kekurangan, kemudian ditambah dengan meninggalkan
shalat, penghasilan mereka dalam sehari tidak seberapa namun anehnya berani
meninggalkan shalat. Padahal apa lagi yang bisa diharap jika seseorang sudah
meninggalkan shalat –selain tobat-?! Kita khawatir -bukan bermaksud memvonis-
mereka tergolong orang yang sengsara dunia-akhirat atau diistilahkan dengan
“sudah jatuh tertimpa tangga”; –hadaanallah wa iyyahum ajma’iin-.
Dalam
Alquran disebutkan:
مَاسَلَكَكُمْ
فِي سَقَرَ{42} قَالُوا لَمْ نَكُ مِنَ الْمُصَلِّينَ {43}
“Apakah yang memasukkan kamu ke
dalam Saqar (neraka)?”—Mereka menjawab: “Kami dahulu tidak termasuk orang-orang
yang mengerjakan shalat,
(QS. Al Muddatstsir: 42-43)
Saudaraku, dunia merupakan tempat
beramal; ia adalah kesempatan terakhir yang setelahnya bukan kesempatan, yang
ada hanyalah balasan terhadap amal yang dikerjakan.
Saudaraku, dunia merupakan jembatan
menuju akhirat, keadaan kita di akhirat tergantung keadaan kita di dunia,
barangsiapa yang beramal salih ketika di dunia maka ia akan beruntung di
akhirat dan barangsiapa yang malah mengisi hidupnya dengan kemaksiatan, maka ia
akan merasakan kerugian dan penyesalan di akhirat. Ketika itu, penyesalan tidak
berguna lagi. Ketika itu, memperbaiki diri tidak berguna lagi, yang ada
hanyalah nikmat atau azab,
وَفِي
اْلأَخِرَةِ عَذَابٌ شَدِيدٌ وَمَغْفِرَةٌ مِّنَ اللهِ وَرِضْوَانٌ
وَمَاالْحَيَاةُ الدُّنْيَآ إِلاَّ مَتَاعُ الْغُرُورِ
“Di akhirat (nanti) ada azab yang
keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. dan kehidupan dunia ini tidak
lain hanyalah kesenangan yang menipu.” (QS.
Al Hadiid: 20)
Inginkah Anda pulang ke akhirat
mendapatkan nikmat atau Anda lebih memilih siksa daripada nikmat! Itu terserah
Anda, kita hanya bisa mengingatkan.
Saudaraku, jamaah Jumat rahimakumullah
Mumpung Anda masih diberi kesempatan
hidup oleh Allah, maka perbaikilah dirimu sekarang juga. Al Fudhail pernah
berkata kepada seseorang: “Sudah berapa lama kamu menjalani hidup?” ia
menjawab: “Enam puluh tahun.” Fudhail berkata: “Sudah enam puluh tahun Anda
mengadakan perjalanan menuju Tuhanmu, dan sebentar lagi kamu akan sampai”,
orang itu berkata: “Innaa lillahi wa innaa ilaihi raaji’uun“,
Fudhail berkata: “Tahukah Anda
maksud ucapan “Innaa lillahi wa innaa ilaihi raaji’uun”? Sesungguhnya
barangsiapa yang mengetahui bahwa dirinya adalah hamba Allah dan akan kembali
kepada-Nya, maka hendaknya ia meyakini bahwa dirinya akan dihadapkan. Siapa
saja yang meyakini bahwa dirinya akan dihadapkan, maka hendaknya ia mengetahui
bahwa dirinya akan ditanya, maka persiapkanlah jawaban terhadap pertanyaan
itu.”
Orang itu pun bertanya, “Lalu
bagaimana jalan keluarnya?” Fudhail menjawab: “Mudah” orang itu bertanya: “Apa
itu?” Fudhail menjawab: “Kamu perbaiki amalmu sekarang, niscaya amalmu di masa
lalu akan diampuni. Hal itu, karena jika kamu malah memperburuk amalmu di masa
sekarang, maka kamu akan diberi hukuman berdasarkan amal burukmu yang dahulu
dan yang sekarang, dan amalan yang diperhatikan adalah amalan di akhir hayatnya
amalan yang diperhatikan adalah akhirnya.”raaji’uun”.”
أَقُوْلُ
قَوْلِي هَذَا، وَأَسْتَغْفِرُهُ العَظِيْمَ الجَلِيْلَ لِيْ وَلَكُمْ،
وَلِجَمِيْعِ المُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ؛ إِنَّهُ هُوَ
الغَفُوْرُ الرَحِيْمُ
KHUTBAH KEDUA
اَلحَمْدُ
لِلّهِ الوَاحِدِ القَهَّارِ، الرَحِيْمِ الغَفَّارِ، أَحْمَدُهُ تَعَالَى عَلَى
فَضْلِهِ المِدْرَارِ، وَأَشْكُرُهُ عَلَى نِعَمِهِ الغِزَارِ، وَأَشْهَدُ أَنْ
لَّا إِلَهَ إِلَّا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ العَزِيْزُ الجَبَّارُ،
وَأَشْهَدُ أَنَّ نَبِيَّنَا مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ المُصْطَفَى
المُخْتَار، صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ الطَيِّبِيْنَ الأَطْهَار،
وَإِخْوَنِهِ الأَبْرَارِ، وَأَصْحَابُهُ الأَخْيَارِ، وَمَنْ تَبِعَهُمْ
بِإِحْسَانٍ مَا تُعَاقِبُ اللَيْلَ وَالنَّهَار
Saudaraku jamaah Jumat rahimakumullah,
Hidup di dunia penuh dengan godaan.
Godaan dunia ibarat sebuah arus yang deras, yang membawa pergi dan
menghanyutkan apa saja yang ada di hadapan. Kemudian tahukah kamu, ke arah mana
arus itu membawa pergi? Jurang; ke sanalah arahnya.
Tetapi wahai saudaraku, jurang ini
bukanlah jurang yang ringan. Ia adalah jurang yang paling dalam dan di bawahnya
terdapat api yang membakar, itulah jurang neraka –wal ‘iyaadz billah-.
Oleh karena itu, Nabi kita shallallahu ‘alaihi wa sallam mengingatkan
agar kita tetap waspada terhadap godaan dunia yang sangat menyilaukan, demikian
juga mengingatkan kita agar berhati-hati terhadap godaan wanita.
Belum lagi dengan godaan syubhat yang dicetuskan oleh iblis, banyak amal
yang menjadi sia-sia karena syubhat yang disodorkannya; ia tunjukkan kepada
manusia sesuatu yang nampaknya baik, padahal tidak ada kebaikan di dalamnya.
Inilah rahasia mengapa Allah mewajibkan membaca surat Al Fatihah di dalam
shalat di setiap rakaat, karena butuhnya kita terhadap hidayah dan taufiq-Nya
dalam meniti hidup yang penuh cobaan dan godaan ini di samping keadaan hati
yang lemah mudah berbalik.
Jamaah Jumat ‘azzaniyallhu wa iyyakum
Shalat merupakan pegangan yang paling kuat agar seseorang tidak terbawa oleh
arus fitnah (godaan) yang begitu deras.
Tidakkah Anda memperhatikan, bahwa dalam surat Al Fatihah terdapat ayat yang
berbunyi “
Ihdinash shiraathal mustaqiim”, di sana Anda meminta kepada
Allah agar ditunjukkan mana jalan yang lurus, meminta juga kepada-Nya agar
dibantu menempuh jalan yang lurus itu serta meminta kepada-Nya agar dapat beristiqamah
di atasnya hingga akhir hayat. Maka beruntunglah mereka yang tetap mendirikan
shalat, karena mereka masih memiliki pegangan, mereka masih memiliki hubungan
dengan Allah
Ta’ala Sang Pencipta. Rasulullah
shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda:
لاَ
تَتْرُكْ صَلاَةً مَكْتُوْبَةً مُتَعَمِّدًا فَمَنْ تَرَكَهَا مُتَعَمِّدًا فَقَدْ
بَرِئَتْ مِنْهُ الذِّمَّةُ
“
Janganlah kamu meninggalkan shalat fardhu dengan sengaja. Barangsiapa
yang meninggalkannya dengan sengaja, maka hubungannya telah lepas.” (Hasan
lighairih, HR. Ibnu Majah dan Baihaqi, lihat Shahihut Targhib wat Tarhib no.
567)
إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ
يَآأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
اللهم صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا
صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ، وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ
مَجِيْدٌ. اللهم بَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ،
وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ، وَعَلَى آلِ
إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
اللهم اغْـفِـرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ
تَغْـفِـرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِيْنَ . رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً
وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ .
اللهم
إِنَّا نَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالتُّقَى وَالْعَفَافَ وَالْغِنَى.
اللهم
إِنَّا نَعُوْذُ بِكَ مِنْ زَوَالِ نِعْمَتِكَ وَتَحَوُّلِ عَافِيَتِكَ
وَفُجَاءَةِ نِقْمَتِكَ وَجَمِيْعِ سَخَطِكَ. وَصَلى الله عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ
وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ. وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لله رَبِّ
الْعَالَمِيْنَ.