Jumat, 08 Januari 2016

Macam Kekafiran Menurut QS Al Kafirun

Alfaqih Warsono



إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنَّ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا وَرَسُوْلِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى ا للهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، أَمَّا بَعْدُ؛ فَإِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ وَخَيْرَ الْهَديِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَشَرَّ الأُمُوْرِ مُحَدَثَاتُهَا، وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلةٍ. فَيَا عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُؤْمِنُوْنَ الْمُتَّقُوْنَ، حَيْثُ قَالَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى فِيْ كِتَابِهِ الْعَزِيْزِ:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

Marilah kita tingkatkan keimanan dan ketaqwaan kita dlm setiap waktu dan keadaan. Keimanan dan ketaqwaan yang dpt mencegah kita dari segala bentuk kekafiran.

Dlm Al Quran, Allah berfirman:

قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُونَ ﴿١ لَا أَعْبُدُ مَا تَعْبُدُونَ ﴿٢ وَلَا أَنتُمْ عَابِدُونَ مَا أَعْبُدُ ﴿٣ وَلَا أَنَا عَابِدٌ مَّا عَبَدتُّمْ ﴿٤ وَلَا أَنتُمْ عَابِدُونَ مَا أَعْبُدُ ﴿٥ لَكُمْ دِينُكُمْ وَلِيَ دِينِ ﴿٦
Al-Kaafiruun
001. Katakanlah: "Hai orang-orang yang kafir,
002. aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah.
003. Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah.
004. Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah.
005. Dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah.
006. Untukmulah agamamu, dan untukkulah, agamaku".
Dlm surat Al-Kaafiruun ini, Allah mengulang-ulang kata, yang berarti penegasan, sesuatu yang sangat penting, tidak boleh disepelekan dan dijaga dengan sebaik-baiknya.

Kata yang diulang-ulang itu :

﴿١ لَا أَعْبُدُ مَا تَعْبُدُونَ ﴿٢ وَلَا أَنتُمْ عَابِدُونَ مَا أَعْبُدُ

1.   Kata  أَعْبُدُ dan تَعْبُدُونَ adalah bentuk fiil dari عَبَدَ  ( menyembah, mengabdi) yang mrpkn kata kerja, yang member isyarat adanya kekafiran bentuk perbuatan.
2.   Kata عَابِدٌ dan عَابِدُونَ mrpkn bentuk isim fail, yaitu orang yang pelaku (orang yang menyembah, penyembah, pengabdi), yang member isyarat adanya kekafiran bentuk orangnya.

Ayat yang berulang-ulang itu diawali dg قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُونَ ( titik beratnya adalah orang kafir)

Dari maksud di atas, jelaslah bahwa kekafiran seseorang bisa terjadi dalam 2 hal:
1.   Perbuatan (meskipun orangnya Islam, dapat saja melakukan perbuatan kafir, perbuatan fasik yang biasa dilakukan oleh orang kafir yang bertentangan dg perintah dan larangan Allah dan RasulNya, seperti menghadiri peribadatan dan perayaan kaum/umat lain serta kaum musyrikin.

وَالَّذِينَ لَا يَشْهَدُونَ الزُّورَ وَإِذَا مَرُّوا بِاللَّغْوِ مَرُّوا كِرَاماً ﴿٧٢
Al Furqon:072. Dan orang-orang yang tidak memberikan persaksian palsu, dan apabila mereka bertemu dengan (orang-orang) yang mengerjakan perbuatan-perbuatan yang tidak berfaedah, mereka lalui (saja) dengan menjaga kehormatan dirinya.

Menurut Tafsir Ibnu Katsir, kata الزُّورَ berarti perayaan orang kafir dan dianggap sebagai perbuatan yang tidak berfaedah (bagi umat Islam). Sementara kita diperintah untuk tidak meniru cara beribadah mereka. Rasulullah bersabda:

(3514)- [4031] حَدَّثَنَا عُثْمَانُ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ، حَدَّثَنَا أَبُو النَّضْرِ، حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ ثَابِتٍ، حَدَّثَنَا حَسَّانُ بْنُ عَطِيَّةَ، عَنْ أَبِي مُنِيبٍ الْجُرَشِيِّ، عَنِ ابْنِ عُمَرَ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ K : " مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ " إسناده حسن رجاله ثقات عدا عبد الرحمن بن ثابت العنسي وهو صدوق يخطئ اختلط ورمي بالقدر  (سنن أبي داود)
Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum maka dia termasuk dari mereka. (HR Abu Daud, hadits hasan)

2.   Orangnya. (yang memang dibesarkanb sebagai orang kafir menurut keyakinan Islam, dan yang tidak akan pernah beriman spt yang diimani oleh Rasulullah SAW)

إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُواْ سَوَاءٌ عَلَيْهِمْ أَأَنذَرْتَهُمْ أَمْ لَمْ تُنذِرْهُمْ لاَ يُؤْمِنُونَ ﴿٦

Al-Baqarah:006. Sesungguhnya orang-orang kafir, sama saja bagi mereka, kamu beri peringatan atau tidak kamu beri peringatan, mereka tidak akan beriman.

Dalam kehidupan  bermasyarakat/social, kita diwajibkan untuk hidup rukun berdampingan dengan damai bersama orang/kaum di luar Islam dan kaum kafir secara keseluruhan kecuali jika memerangi/memusuhi umat Islam, sebagaimana disebut dalam surat Al-Kafirun di atas. Kita pun diperintah untuk hidup toleran seperti firman Allah di akhir surat Al-Kafirun:

لَكُمْ دِينُكُمْ وَلِيَ دِينِ
(Untukmulah agamamu, dan untukkulah, agamaku)
Sepanjang toleransi tersebut tidak menyangkut 2 hal:
1.   Akidah (keyakinan dan keimanan)
2.   Ibadah (peribadatan, penyembahan dan pengabdian)

Karena jika menyangkut keduanya, maka akan mempengaruhi orang dan perbuatannya. Orang yang berilmu saja bisa kafir, apalagi orang awam. Kekafiran akan tidak terasa menjadi pribadi orang yang melakukannya.

Kita sebagai orang Islam yang beriman kepada Allah, tidak akan mencampur adukkan  kedua bentuk kekafiran tersebut dg akidah dan ibadah yang diajarkan oleh Rasulullah SAW, seperti halnya, dalam keadaan menganut Islam, namum melakukan perbuatan kekafiran dengan mengabaikan akidah Islam dan mempersempit gerak ibadah Islamnya. Sehingga kita lebih senang dan nyaman melakukan perbuatan dan ibadah di luar ajaran Islam sendiri dari pada memperbanyak amalan sunah Nabi.  Dalam hal ini Allah berfirman :

وَلاَ تَلْبِسُواْ الْحَقَّ بِالْبَاطِلِ وَتَكْتُمُواْ الْحَقَّ وَأَنتُمْ تَعْلَمُونَ ﴿٤٢

Al Baqoroh:042. Dan janganlah kamu campur adukkan yang hak dengan yang bathil dan janganlah kamu sembunyikan yang hak itu, sedang kamu mengetahui.

Di luar hal yang menyangkut akidah dan ibadah, yakni dalam hal social kemasyarakatan, maka kita jaga kebersamaan, gotong royong, dan kerukunan serta toleransi menghormati akidah dan cara ibadah kaum lain, demi terwujudnya hidup yang damai.

Bagi kita yang telah terlanjur melakukan kesalahan dalam berakidah dan beribadah karena kebodohan kita, maka hendaklah memohon ampun dan taubat kepada Allah dengan menyesali dan bertekad untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama, semoga Allah yang maha pengampun , mengampuni kita amin.

أعوذ بالله من السبطان الرجيم.   بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ ﴿١﴾
فَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ وَاسْتَغْفِرْهُ إِنَّهُ كَانَ تَوَّاباً ﴿٣

An Nashr:003. maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampun kepada-Nya. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penerima taubat.

أقُولُ قَوْلِي هَذَا أسْتَغْفِرُ اللَّهَ لِي وَلَكُم - وَلِسَائِرِ المُسْلِمِينَ وَالمُسْلِمَات - فَاسْتَغْفِرُوهُ إنَّهُ هُوَ الغَفُورُ الرَّحِيم

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.