Alfaqih Warsono
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ
وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا
وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ
يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنَّ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ
لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.
اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا وَرَسُوْلِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى ا
للهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ
بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، أَمَّا بَعْدُ؛ فَإِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ
كِتَابُ اللهِ وَخَيْرَ الْهَديِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ، وَشَرَّ الأُمُوْرِ مُحَدَثَاتُهَا، وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ
وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلةٍ. فَيَا عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ
بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُؤْمِنُوْنَ الْمُتَّقُوْنَ، حَيْثُ قَالَ
تَبَارَكَ وَتَعَالَى فِيْ كِتَابِهِ الْعَزِيْزِ:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
Marilah kita tingkatkan keimanan dan ketaqwaan kita dlm
setiap waktu dan keadaan. Keimanan dan ketaqwaan yang dpt mencegah kita dari
segala bentuk kekafiran.
Dlm Al Quran, Allah berfirman:
قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُونَ ﴿١﴾
لَا أَعْبُدُ مَا تَعْبُدُونَ ﴿٢﴾
وَلَا أَنتُمْ عَابِدُونَ مَا أَعْبُدُ ﴿٣﴾
وَلَا أَنَا عَابِدٌ مَّا عَبَدتُّمْ ﴿٤﴾
وَلَا أَنتُمْ عَابِدُونَ مَا أَعْبُدُ ﴿٥﴾
لَكُمْ دِينُكُمْ وَلِيَ دِينِ ﴿٦﴾
Al-Kaafiruun
001. Katakanlah: "Hai orang-orang yang kafir,
002. aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah.
003. Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah.
004. Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu
sembah.
005. Dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan
yang aku sembah.
006. Untukmulah agamamu, dan untukkulah, agamaku".
Dlm surat Al-Kaafiruun ini, Allah mengulang-ulang kata, yang
berarti penegasan, sesuatu yang sangat penting, tidak boleh disepelekan dan
dijaga dengan sebaik-baiknya.
Kata yang diulang-ulang itu :
﴿١﴾
لَا أَعْبُدُ مَا تَعْبُدُونَ ﴿٢﴾
وَلَا أَنتُمْ عَابِدُونَ مَا أَعْبُدُ
1.
Kata أَعْبُدُ dan تَعْبُدُونَ adalah bentuk fiil dari عَبَدَ (
menyembah, mengabdi) yang mrpkn kata kerja, yang member isyarat adanya
kekafiran bentuk perbuatan.
2.
Kata عَابِدٌ dan عَابِدُونَ mrpkn bentuk isim fail, yaitu orang yang
pelaku (orang yang menyembah, penyembah, pengabdi), yang member isyarat adanya
kekafiran bentuk orangnya.
Ayat yang berulang-ulang itu diawali dg قُلْ
يَا أَيُّهَا الْكَافِرُونَ (
titik beratnya adalah orang kafir)
Dari maksud di atas, jelaslah bahwa kekafiran seseorang
bisa terjadi dalam 2 hal:
1.
Perbuatan (meskipun
orangnya Islam, dapat saja melakukan perbuatan kafir, perbuatan fasik yang
biasa dilakukan oleh orang kafir yang bertentangan dg perintah dan larangan Allah
dan RasulNya, seperti menghadiri peribadatan dan perayaan kaum/umat lain serta
kaum musyrikin.
وَالَّذِينَ لَا يَشْهَدُونَ
الزُّورَ وَإِذَا مَرُّوا بِاللَّغْوِ مَرُّوا كِرَاماً ﴿٧٢﴾
Al Furqon:072.
Dan orang-orang yang tidak memberikan persaksian palsu, dan apabila mereka
bertemu dengan (orang-orang) yang mengerjakan perbuatan-perbuatan yang tidak
berfaedah, mereka lalui (saja) dengan menjaga kehormatan dirinya.
Menurut Tafsir
Ibnu Katsir, kata الزُّورَ berarti perayaan orang kafir dan dianggap sebagai perbuatan
yang tidak berfaedah (bagi umat Islam). Sementara kita diperintah untuk tidak
meniru cara beribadah mereka. Rasulullah bersabda:
(3514)- [4031] حَدَّثَنَا عُثْمَانُ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ، حَدَّثَنَا أَبُو النَّضْرِ، حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ
ثَابِتٍ، حَدَّثَنَا حَسَّانُ بْنُ عَطِيَّةَ، عَنْ أَبِي مُنِيبٍ الْجُرَشِيِّ، عَنِ ابْنِ عُمَرَ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ K : " مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ
فَهُوَ مِنْهُمْ " إسناده
حسن رجاله ثقات عدا عبد الرحمن بن ثابت العنسي وهو صدوق يخطئ اختلط ورمي بالقدر (سنن أبي داود)
Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum
maka dia termasuk dari mereka. (HR Abu Daud, hadits hasan)
2.
Orangnya. (yang memang
dibesarkanb sebagai orang kafir menurut keyakinan Islam, dan yang tidak akan
pernah beriman spt yang diimani oleh Rasulullah SAW)
إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُواْ سَوَاءٌ عَلَيْهِمْ أَأَنذَرْتَهُمْ
أَمْ لَمْ تُنذِرْهُمْ لاَ يُؤْمِنُونَ ﴿٦﴾
Al-Baqarah:006. Sesungguhnya orang-orang kafir, sama
saja bagi mereka, kamu beri peringatan atau tidak kamu beri peringatan, mereka
tidak akan beriman.
Dalam kehidupan
bermasyarakat/social, kita diwajibkan untuk hidup rukun berdampingan
dengan damai bersama orang/kaum di luar Islam dan kaum kafir secara keseluruhan
kecuali jika memerangi/memusuhi umat Islam, sebagaimana disebut dalam surat
Al-Kafirun di atas. Kita pun diperintah untuk hidup toleran seperti firman
Allah di akhir surat Al-Kafirun:
لَكُمْ
دِينُكُمْ وَلِيَ دِينِ
(Untukmulah
agamamu, dan untukkulah, agamaku)
Sepanjang toleransi tersebut tidak menyangkut 2 hal:
1.
Akidah (keyakinan dan
keimanan)
2.
Ibadah (peribadatan,
penyembahan dan pengabdian)
Karena jika menyangkut keduanya, maka akan mempengaruhi
orang dan perbuatannya. Orang yang berilmu saja bisa kafir, apalagi orang awam.
Kekafiran akan tidak terasa menjadi pribadi orang yang melakukannya.
Kita sebagai orang Islam yang beriman kepada Allah, tidak
akan mencampur adukkan kedua bentuk
kekafiran tersebut dg akidah dan ibadah yang diajarkan oleh Rasulullah SAW,
seperti halnya, dalam keadaan menganut Islam, namum melakukan perbuatan
kekafiran dengan mengabaikan akidah Islam dan mempersempit gerak ibadah
Islamnya. Sehingga kita lebih senang dan nyaman melakukan perbuatan dan ibadah
di luar ajaran Islam sendiri dari pada memperbanyak amalan sunah Nabi. Dalam hal ini Allah berfirman :
وَلاَ
تَلْبِسُواْ الْحَقَّ بِالْبَاطِلِ وَتَكْتُمُواْ الْحَقَّ وَأَنتُمْ تَعْلَمُونَ ﴿٤٢﴾
Al Baqoroh:042. Dan janganlah kamu campur adukkan yang hak
dengan yang bathil dan janganlah kamu sembunyikan yang hak itu, sedang kamu
mengetahui.
Di luar hal yang menyangkut akidah dan ibadah, yakni dalam
hal social kemasyarakatan, maka kita jaga kebersamaan, gotong royong, dan
kerukunan serta toleransi menghormati akidah dan cara ibadah kaum lain, demi
terwujudnya hidup yang damai.
Bagi kita yang telah terlanjur melakukan kesalahan dalam
berakidah dan beribadah karena kebodohan kita, maka hendaklah memohon ampun dan
taubat kepada Allah dengan menyesali dan bertekad untuk tidak mengulangi
kesalahan yang sama, semoga Allah yang maha pengampun , mengampuni kita amin.
أعوذ
بالله من السبطان الرجيم. بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ
الرَّحِيمِ ﴿١﴾
فَسَبِّحْ
بِحَمْدِ رَبِّكَ وَاسْتَغْفِرْهُ إِنَّهُ كَانَ تَوَّاباً ﴿٣﴾
An Nashr:003. maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan
mohonlah ampun kepada-Nya. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penerima taubat.
أقُولُ
قَوْلِي هَذَا أسْتَغْفِرُ اللَّهَ لِي وَلَكُم -
وَلِسَائِرِ المُسْلِمِينَ وَالمُسْلِمَات -
فَاسْتَغْفِرُوهُ إنَّهُ هُوَ الغَفُورُ الرَّحِيم
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.