Jumat, 18 Januari 2013

Kekayaan Jiwa

Alfaqih Warsono
Sumber : Khutbah Vol : 392/01-12/A - 06 Januari 2012



إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا. قَالَ تَعَالَى: يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ. أَمَّا بَعْدُ؛
Kaum Muslimin Rahimakumullah;
Alhamdulillah marilah segala puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah Swt. yang telah memberikan rahmat dan hidayahNya kepada kita semua sehingga kita dapat menjalankan tugas-tugas kita dengan baik. Shalawat dan salam kepada junjungan Nabi Besar Muhammad Saw. yang telah menuntun ummat manusia ke jalan yang penuh rahmat dan keberkahan yakni jalan yang lurus yang diridhoi Allah swt.

Kaum Muslimin Rahimakumullah;
            Jiwa adalah salah satu unsur ruhaniah manusia yang sangat menentukan bagi semangat hidup, etos kerja dan kebahagian seseorang. Memang persoalan jiwa banyak didiskusikan oleh para ahli pemikiran Islam terutama soal kekekalan dan kenisbiannya dan kaitannya dengan qalbu atau hati manusia. Namun para pemikir muslim sepakat bahwa jiwa merupakan bagian dari unsur ruhaniyah manusia yang akan mengalami dan merasakan azab atau nikmat di hari akhir nanti.
Mengenai pentingnya peran qalbu manusia, secara eksplisit Rasulullah saw menyebutkan dalam sebuah haditsnya:  Di dalam diri manusia ada mudghah (segumpal daging). Apabila ia baik maka akan baiklah seluruh jasad manusia dan apabila ia buruk maka akan buruklah seluruh jasad manusia. Ketahuilah bahwa itu adalah qalbu” (HR.Bukhari dan Muslim).
Begitupula dengan Firman Allah :
قَدْ أَفْلَحَ مَن زَكَّاهَا - وَقَدْ خَابَ مَن دَسَّاهَا
“Sungguh beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, dan sungguh merugikan orang yang mengotorinya” (QS.91/al-Syams: 9-10).

Demikian penting dan sangat krusialnya peran unsur ruhaniah manusia hingga Rasulullah menyebutkan bahwa Allah Swt tidak akan menoleh jasad manusia tapi melihat hatinya. Sabda Rasulullah saw.: “Sesungguhnya Allah tidak menoleh pada wajah kalian dan tidak pula jasad kalian. Tetapi Allah hanya memperhatikan hati kalian” (HR. Muslim).
Ayat dan hadits-hadits di atas menjelaskan peran penting jiwa dalam kehidupan manusia, baik dalam kaitannya dengan ketenangan dan kebahagiaan, maupun dalam kaitannya dengan etos kerja manusia.

Ma’asyiral muslimin yang berbahagia;
Ukuran kebahagiaan yang hakiki adalah kebahagiaan yang berbasis pada Jiwa, sebagaimana ditegaskan Rasulullah Saw pada salah satu haditsnya. “Kekayaan itu bukanlah dilihat dari banyaknya harta tetapi kekayaan itu adalah kaya jiwa” (HR. Muslim).
Hadits ini tentu tidak langsung menepis pentingnya kekayaan materi, akan tetapi apapun bentuk kekayaan yang dimiliki manusia hendaknyalah berbasis pada kekayaan jiwa dan diarahkan pada pengayaan rohani dan spiritual. Sebab banyak sekali orang yang memiliki kekayaan materi tetapi berada dalam kemiskinan karena tidak menemukan makna kekayaan rohani dalam kekayaan materinya, padahal jika saja ia bersyukur dengan harta tersebut, tidak mendewakan harta dan tetap berperilaku sebagai hamba yang selalu bersyukur atas hartanya, mungkin jiwanya tidak mengalami gangguan dan tetap dalam ketenangan.

Kaum muslimin yang dirahmati Allah;
Sejalan dengan itu banyak sekali kita saksikan orang yang memiliki semangat kerja, etos kerja dan konsentrasi kerja yang tinggi, hal tersebut disebabkan oleh karena jiwanya yang tenang. Karena sesungguhnya peran kekayaan jiwa itu sangat mendukung bagi diperolehnya kekayaan materi dan seterusnya dapat mndatangkan kebahagiaan dan memberi keselamatan di akhirat seperti disinyalir dalam S. Al-Fajr :
يَا أَيَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَئِنَّةُ - اِرْجِعِي إِلَى رَبِّكِ رَاضِيَةً مَّرْضِيَّةً - فَادْخُلِي فِي عِبَادِي - وَادْخُلِي جَنَّتِي  
Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam jema’ah hamba-hamba-Ku, dan masuklah ke dalam surga-Ku”. (QS. 89/al-Fajr:30)
Berdasarkan apa yang dikemukakan di atas, maka kekayaan jiwa merupakan sesuatu yang harus dicari oleh setiap orang yang beriman dengan menggunakan instrumen dan fasilitas material dan rohaniyah yang dimiliki manusia. Namun lebih dahulu kita harus mendiskusikan ciri dan aktualisasi kekayaan jiwa itu dalam kehidupan manusia, diantaranya;
Pertama, kekayaan jiwa terpancar pada sikap kasih sayang dan ramah terhadap sesama manusia, teman kerja, teman seiman, sekampung, teman dalam suatu masyarakat dan sebangsa. Orang yang kaya jiwa selalu menunjukkan sikap yang tanggap dan perhatian terhadap siapapun orang yang ditemui dan menemuinya, hingga ia memiliki jaringan yang kuat yang diwarnai oleh kebaikan dan ketaqwaan. Sebagaimana firman Allah:
وَتَعَاوَنُواْ عَلَى الْبرِّ وَالتَّقْوَى وَلاَ تَعَاوَنُواْ عَلَى الإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ   
Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan taqwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran “ (QS. Al-Maidah:2)
Kedua, orang yang kaya jiwanya terpancar dalam sikapnya yang selalu berpandangan positif terhadap kesempatan yang diperolehnya, juga berbaik sangka terhadap pekerjaan yang sedang digelutinya dan jalan hidup yang sedang dihadapinya.
Ketiga, kekayaan jiwa juga dapat tergambar pada prinsip seseorang bahwa dia harus berpartisipasi dalam membangun peradaban dan kesejahteraan umat manusia. Dia merasa senang kalau ada orang lain yang merasa bahagia karena fasilitas dan bantuannya. Dia bahagia dan merasa berhasil kalau dia menjadi bagian dari penyebab keberhasilan seseorang. Rasulullah saw mengisyaratkan bahwa diantara kebaikan seorang muslim adalah memberhasilkan saudaranya. Rasulullah saw bersabda: “Barang siapa berjalan menemani saudaranya yang muslim dalam rangka memenuhi hajatnya hingga tercapai, Allah swt akan mengokohkan kakinya dihari ketika tergelincir kaki manusia (Qiyamat) “ (Sahihul Jami’).
Keempat, orang yang memiliki kekayaan jiwa adalah orang yang tidak mudah putus asa dan kecewa terhadap masalah, tantangan dan bahkan kegagalan yang dialaminya. Dia tetap menyadari bahwa dibalik kesulitan ada kemudahan, dibalik kesempitan ada kesempatan dan dibalik kegagalan ada keberhasilan, firman Allah swt:
فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا - إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا  
Sesungguhnya dibalik kesulitan ada kemudahan, sungguh dibalik kesulitan ada kemudahan” (QS. Al-Insyirah: 5-6)
Kelima, orang yang memiliki kekayaan jiwa tetap merasa bahwa dirinya mempunyai peluang dan optimis akan berhasil atas apa yang sedang dibuatnya, sehingga oleh karenanya dia memiliki motivasi dan etos kerja yang tinggi.
Kekayaan jiwa seperti disebut diatas akan menyebabkan seseorang memiliki jiwa suci, selalu merasa diperhatikan oleh Allah, sehingga ia selalu berupaya untuk memperhatikan manusia lain.

Sidang jum’at yang dimuliakan Allah;
Sebagai penutup khutbah dapatlah kita simpulkan bahwa kekayaan jiwa merupakan kekayaan yang sangat krusial dan sekaligus kompleks. Sehingga memerlukan kesungguhan untuk mencapainya. Namun kekayaan yang berbasis pada jiwa itu amat membahagiakan, karena kekayaan jiwa tidak perlu kita jaga tapi ia akan menjaga kita .
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، وَتَقَبَّلَ اللهُ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ، إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. أَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ الَّذِيْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّوْمُ وَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.