Alfaqih Warsono
Sumber : Khutbah Vol : 392/01-12/A - 06 Januari 2012
Sumber : Khutbah Vol : 392/01-12/A - 06 Januari 2012
إِنَّ الْحَمْدَ
لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ
شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ
مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ
إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ
وَرَسُوْلُهُ صَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ
وَأَصْحَابِهِ وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا. قَالَ تَعَالَى: يَا أَيُّهاَ
الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ
وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ. أَمَّا بَعْدُ؛
Kaum Muslimin Rahimakumullah;
Alhamdulillah
marilah segala puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah Swt. yang telah
memberikan rahmat dan hidayahNya kepada kita semua sehingga kita dapat
menjalankan tugas-tugas kita dengan baik. Shalawat dan salam kepada junjungan
Nabi Besar Muhammad Saw. yang telah menuntun ummat manusia ke jalan yang penuh
rahmat dan keberkahan yakni jalan yang lurus yang diridhoi Allah swt.
Kaum Muslimin
Rahimakumullah;
Jiwa
adalah salah satu unsur ruhaniah manusia yang sangat menentukan bagi semangat
hidup, etos kerja dan kebahagian seseorang. Memang persoalan jiwa banyak didiskusikan
oleh para ahli pemikiran Islam terutama soal kekekalan dan kenisbiannya dan
kaitannya dengan qalbu atau hati manusia. Namun para pemikir muslim sepakat
bahwa jiwa merupakan bagian dari unsur ruhaniyah manusia yang akan mengalami
dan merasakan azab atau nikmat di hari akhir nanti.
Mengenai pentingnya peran qalbu manusia,
secara eksplisit Rasulullah saw menyebutkan dalam sebuah haditsnya: “Di dalam
diri manusia ada mudghah (segumpal daging). Apabila ia baik maka akan baiklah
seluruh jasad manusia dan apabila ia buruk maka akan buruklah seluruh jasad
manusia. Ketahuilah bahwa itu adalah qalbu” (HR.Bukhari dan Muslim).
Begitupula dengan Firman Allah :
قَدْ أَفْلَحَ مَن
زَكَّاهَا - وَقَدْ خَابَ مَن دَسَّاهَا
“Sungguh beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, dan
sungguh merugikan orang yang mengotorinya” (QS.91/al-Syams: 9-10).
Demikian penting dan sangat krusialnya peran
unsur ruhaniah manusia hingga Rasulullah menyebutkan bahwa Allah Swt tidak akan
menoleh jasad manusia tapi melihat hatinya. Sabda Rasulullah saw.: “Sesungguhnya Allah tidak menoleh pada wajah
kalian dan tidak pula jasad kalian. Tetapi Allah hanya memperhatikan hati
kalian” (HR. Muslim).
Ayat dan hadits-hadits di atas menjelaskan
peran penting jiwa dalam kehidupan manusia, baik dalam kaitannya dengan
ketenangan dan kebahagiaan, maupun dalam kaitannya dengan etos kerja manusia.
Ma’asyiral muslimin yang
berbahagia;
Ukuran kebahagiaan yang hakiki adalah
kebahagiaan yang berbasis pada Jiwa, sebagaimana ditegaskan Rasulullah Saw pada
salah satu haditsnya. “Kekayaan itu
bukanlah dilihat dari banyaknya harta tetapi kekayaan itu adalah kaya jiwa” (HR.
Muslim).
Hadits ini tentu tidak langsung menepis
pentingnya kekayaan materi, akan tetapi apapun bentuk kekayaan yang dimiliki
manusia hendaknyalah berbasis pada kekayaan jiwa dan diarahkan pada pengayaan
rohani dan spiritual. Sebab banyak sekali orang yang memiliki kekayaan materi
tetapi berada dalam kemiskinan karena tidak menemukan makna kekayaan rohani dalam
kekayaan materinya, padahal jika saja ia bersyukur dengan harta tersebut, tidak
mendewakan harta dan tetap berperilaku sebagai hamba yang selalu bersyukur atas
hartanya, mungkin jiwanya tidak mengalami gangguan dan tetap dalam ketenangan.
Kaum muslimin yang dirahmati
Allah;
Sejalan dengan itu banyak sekali kita
saksikan orang yang memiliki semangat kerja, etos kerja dan konsentrasi kerja
yang tinggi, hal tersebut disebabkan oleh karena jiwanya yang tenang. Karena
sesungguhnya peran kekayaan jiwa itu sangat mendukung bagi diperolehnya kekayaan
materi dan seterusnya dapat mndatangkan kebahagiaan dan memberi keselamatan di
akhirat seperti disinyalir dalam S. Al-Fajr :
يَا أَيَّتُهَا
النَّفْسُ الْمُطْمَئِنَّةُ - اِرْجِعِي إِلَى رَبِّكِ رَاضِيَةً مَّرْضِيَّةً - فَادْخُلِي
فِي عِبَادِي - وَادْخُلِي جَنَّتِي
“Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan
hati yang puas lagi diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam jema’ah
hamba-hamba-Ku, dan masuklah ke dalam surga-Ku”. (QS. 89/al-Fajr:30)
Berdasarkan apa yang
dikemukakan di atas, maka kekayaan jiwa merupakan sesuatu yang harus dicari
oleh setiap orang yang beriman dengan menggunakan instrumen dan fasilitas
material dan rohaniyah yang dimiliki manusia. Namun lebih dahulu kita harus
mendiskusikan ciri dan aktualisasi kekayaan jiwa itu dalam kehidupan manusia,
diantaranya;
Pertama, kekayaan jiwa terpancar pada sikap kasih sayang dan
ramah terhadap sesama manusia, teman kerja, teman seiman, sekampung, teman
dalam suatu masyarakat dan sebangsa. Orang yang kaya jiwa selalu menunjukkan
sikap yang tanggap dan perhatian terhadap siapapun orang yang ditemui dan
menemuinya, hingga ia memiliki jaringan yang kuat yang diwarnai oleh kebaikan
dan ketaqwaan. Sebagaimana
firman Allah:
وَتَعَاوَنُواْ
عَلَى الْبرِّ وَالتَّقْوَى وَلاَ تَعَاوَنُواْ عَلَى الإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ
“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan taqwa,
dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran “ (QS.
Al-Maidah:2)
Kedua, orang yang kaya jiwanya terpancar dalam sikapnya yang selalu
berpandangan positif terhadap kesempatan yang diperolehnya, juga berbaik sangka
terhadap pekerjaan yang sedang digelutinya dan jalan hidup yang sedang dihadapinya.
Ketiga, kekayaan jiwa juga dapat tergambar pada prinsip seseorang
bahwa dia harus berpartisipasi dalam membangun peradaban dan kesejahteraan umat
manusia. Dia merasa senang kalau ada orang lain yang merasa bahagia karena fasilitas
dan bantuannya. Dia bahagia dan merasa berhasil kalau dia menjadi bagian dari
penyebab keberhasilan seseorang. Rasulullah
saw mengisyaratkan bahwa diantara kebaikan seorang muslim adalah memberhasilkan
saudaranya. Rasulullah saw bersabda: “Barang
siapa berjalan menemani saudaranya yang muslim dalam rangka memenuhi hajatnya
hingga tercapai, Allah swt akan mengokohkan kakinya dihari ketika tergelincir
kaki manusia (Qiyamat) “ (Sahihul Jami’).
Keempat, orang yang memiliki kekayaan jiwa adalah orang yang
tidak mudah putus asa dan kecewa terhadap masalah, tantangan dan bahkan
kegagalan yang dialaminya. Dia tetap menyadari bahwa dibalik kesulitan ada
kemudahan, dibalik kesempitan ada kesempatan dan dibalik kegagalan ada
keberhasilan, firman Allah swt:
فَإِنَّ مَعَ
الْعُسْرِ يُسْرًا - إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا
“Sesungguhnya dibalik kesulitan ada kemudahan, sungguh dibalik kesulitan
ada kemudahan” (QS. Al-Insyirah: 5-6)
Kelima, orang yang memiliki kekayaan jiwa tetap
merasa bahwa dirinya mempunyai peluang dan optimis akan berhasil atas apa yang
sedang dibuatnya, sehingga oleh karenanya dia memiliki motivasi dan etos kerja
yang tinggi.
Kekayaan jiwa seperti disebut diatas akan
menyebabkan seseorang memiliki jiwa suci, selalu merasa diperhatikan oleh
Allah, sehingga ia selalu berupaya untuk memperhatikan manusia lain.
Sidang jum’at yang dimuliakan
Allah;
Sebagai penutup khutbah dapatlah kita
simpulkan bahwa kekayaan jiwa merupakan kekayaan yang sangat krusial dan
sekaligus kompleks. Sehingga memerlukan kesungguhan untuk mencapainya. Namun
kekayaan yang berbasis pada jiwa itu amat membahagiakan, karena kekayaan jiwa
tidak perlu kita jaga tapi ia akan menjaga kita .
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ
وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، وَتَقَبَّلَ
اللهُ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ، إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ.
أَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ الَّذِيْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ
الْحَيُّ الْقَيُّوْمُ وَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.