Alfaqih Warsono
Naskah Oleh: H. Zulhamdi M. Saad, Lc
Naskah Oleh: H. Zulhamdi M. Saad, Lc
الحَمْدُ للهِ الذِي
جَعَلَ فِي تَعاقُبِ الليَالِي والأَيّامِ عِبْرَةً للمُعْتَبِرينَ، وفِي انصِرامِ
الشُّهورِ والأَعْوامِ ذِكْرَى لِعبَادِه المؤمِنينَ، وأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ
إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَريكَ لَهُ، أَمَرَ عِبادَهُ بالاستِفادَةِ ممَّا مَضَى،
وعَدَمِ الحَسْرَةِ علَى ما فَاتَ وانقَضَى، وأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ
ورَسولُهُ المُرتَضَى، صَلَّى اللهُ وسلَّمَ علَيْهِ وعلَى آلهِ وأَصحابِهِ أَهلِ
الرِّضَى، وعلَى مَنْ تَبِعَهم بإِحسَانٍ إِلى يَوْمِ البَعْثِ والقَضَاء. أَمّا بَعْدُ، فَيا
مَعْشَرَ المؤمِنينَ، ويَا جُموعَ المُصلِّينَ، أُوصِيكُم بِتَقوى اللهِ رَبِّ
العَالَمينَ، يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ
لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ. أما بعد:
Kaum muslimin jamaah sholat jumat yang dimuliakan Allah
Alhamdulillah, kita panjatkan selalu puji syukur kepada
Allah swt karena kita masih dapat hidup dalam kondisi beriman dan sebagai
seorang muslim. Dari mimbar jumat ini khatib mengajak, marilah kita tingkatkan
ketaqwaan kita kepada Allah, dengan berusaha menjalankan semua yang Allah
perintahkan dengan hati yang ikhlas dan penuh ketaatan, serta berupaya sekuat
tenaga meninggalkan larangan-larangan Allah dengan hati yang patuh dan penuh
ketundukan.
Hadirin yang dimuliakan Allah
Orang beriman dalam beberapa kesempatan dan waktu, hendaklah
berhenti sejenak untuk menghitung-hitung diri dan amal yang telah diperbuatnya
pada hari-hari yang lalu, kemudian memperkuat keinginan untuk memperbaiki dan
menambah amal kebaikannya. Allah berfirman:
يَا أَيُّهَا
الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍ
وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ
“Hai orang-orang beriman, takut kepada Allah dan hendaklah
setiap jiwa memperhatikan apa yang telah disiapkannya untuk hari esok dan takut
kepada Allah, karena Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (QS. Al-Hasyr: 18)
Sesungguhnya hari-hari yang berlalu, bulan-bulan yang datang
silih berganti, dan tahun-tahun berakhir kemudian datang tahun yang baru, semuanya
berjalan dan berlalu dengan maksud dan mengandung tujuan yang jelas dari
Allah. Allah berfirman:
أَفَحَسِبْتُمْ
أَنَّمَا خَلَقْنَاكُمْ عَبَثاً وَأَنَّكُمْ إِلَيْنَا لا تُرْجَعُونَ
“Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami
menciptakan kamu secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan
dikembalikan kepada Kami?” (QS. Al-mukminun: 115)
Sesungguhnya penciptaan ini alam, beserta isinya, beserta
manusia yang ada di dalamnya, serta berlalunya hari yang datang silih berganti
bukanlah untuk dilalui dengan permainan dan kesia-siaan belaka, sebagaimana
hari-hari itu dilalui oleh mereka yang kafir kepada Allah. Bagi orang beriman
tentu tidaklah sama, hari-hari yang mereka lalui ada ketaatan yang dilakukan
dan dijalankan.. Dalam ayat yang lain Allah menegaskan:
إِنَّ فِي خَلْقِ
السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ وَاخْتِلاَفِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لآيَاتٍ لأُوْلِي
الألْبَابِ
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih
bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang
berakal.” (QS. Ali-Imran: 190)
Hidup manusia mempunyai tahapan dan dilalui setapak demi
setapak namun pasti, dan orang-orang di dunia ini akan berangkatan menuju
akhirat, dan semua akan mendekat kepada kematian. Orang yang beruntung adalah
yang selalu menghitung dirinya, maka beruntunglah mereka yang selalu
memperbaiki diri dan istiqomah, memohon ampun kepada Allah dari segala
dosa dan salah. Allah berfirman:
مَنْ عَمِلَ صَالِحاً فَلِنَفْسِهِ
وَمَنْ أَسَاء فَعَلَيْهَا وَمَا رَبُّكَ بِظَلامٍ لِّلْعَبِيدِ
“Barangsiapa yang mengerjakan amal yang saleh maka
(pahalanya) untuk dirinya sendiri dan barangsiapa mengerjakan perbuatan jahat,
maka (dosanya) untuk dirinya sendiri; dan sekali-kali tidaklah Rabb-mu
menganiaya hamba-hambaNya.” (QS. Fushilat: 46)
Hadirin jamaah sholat jumat yang dimuliakan Allah
Seseorang tidak akan mencapai tingkat derajat taqwa sehingga
ia menghisab dirinya atas apa yang telah diperbuatnya, tekad apa yang harus
dilakukannya dalam semua hal, lalu kembali kepada Allah dari dosa, dan
bertobat dari kukurangannya dalam melakukan ibadah, karena muhasabah merupakan
ciri bagi seorang muslim yang cerdas.
فَعَن شَدّادِ بنِ
أَوسٍ رَضِيَ اللهُ عَنهُ عَنِ النَّبِيِّ -صلى الله عليه وسلم-
أَنَّهُ قَالَ: الكيِّسُ مَنْ دَانَ نَفسَهَ وعَمِلَ لِما
بَعْدَ المَوتِ، والعَاجِزُ مَنِ أَتْبَعَ نَفسَهُ هَواها وتَمنَّى علَى اللهِ
الأَمانِي
Dari Syaddad bin Aus ra. Rasulullah saw. bersabda:
“Orang yang cerdas adalah orang yang selalu menginstospeksi diri dan beramal
untuk kematiannya. Orang yang lemah adalah yang mengikuti hawa nafsunya
dan berangan-angan saja kepada Allah.”
Sabda Rosulullah ini menegaskan bahwa seorang yang hanya
berangan-angan saja untuk melakukan amal sholeh dan tetap mengikuti keinginan
nafsunya adalah mereka yang lemah, lemah karena dikalahkan oleh syahwat. Memang
pada dasarnya setiap orang akan dan pernah melakukan kesalahan, berbuat dosa
dan maksiat, namun dengan demikian kesadaran dari kekhilafan itulah yang akan
membuat seseorang menjadi seorang mukmin yang baik tatkala ia melakukan taubat
dngan sebenar-benarnya. Rosulullah bersabda:
كُلُّ بَنِي آدمَ
خَطاءٌ، وخَيْرُ الخَطَّائينَ التَّوابونَ
Rasulullah saw. bersabda: “ Semua anak-anak Adam
pernah melakukan kesalahan, dan sebaik-baik oang yang salah adalah yang
bertaubat.” (HR. Ibnu Majah dan Darimi)
Hendaklah seseorang segera bertobat dari kesalahannya,
meminta ampunan dan berusaha lari meninggalkan dosa dan siksa akhirat ketika
masih ada kesempatan ketika hidup di dunia, karena jika tidak berusaha untuk
lari dari siksa semenjak di dunia, maka ia tidak akan dapat lagi lari dari
siksa di akhirat kelak, tak akan ada peluang dan jalan lagi untuk lari
dari azab Allah, setiap anggota badannya akan dibelenggu dan bersaksi
kepada Allah, Allah swt. berfirman:
حَتَّى إِذَا مَا
جَاءُوهَا شَهِدَ عَلَيْهِمْ سَمْعُهُمْ وَأَبْصَارُهُمْ وَجُلُودُهُمْ بِمَا
كَانُوا يَعْمَلُونَ، وَقَالُواْ لِجُلُودِهِمْ لِمَ شَهِدتُّمْ عَلَيْنَا
قَالُواْ أَنطَقَنَا اللَّهُ الَّذِى أَنطَقَ كُلَّ شيء
Sehingga apabila mereka sampai ke neraka, pendengaran,
penglihatan dan kulit mereka menjadi saksi terhadap mereka tentang apa yang
telah mereka kerjakan. Dan mereka berkata kepada kulit mereka: "Mengapa
kamu menjadi saksi terhadap kami?" Kulit mereka menjawab: "Allah yang
menjadikan segala sesuatu pandai berkata telah menjadikan kami pandai (pula)
berkata, dan Dia-lah yang menciptakan kamu pada kali pertama dan hanya kepada-Nya
lah kamu dikembalikan." (QS. Fushilat: 20-21)
Hadirin siding sholat jumat yang berbahagia
Bahkan bumipun akan menceritakan setiap kejadian yang
ada di dalamnya. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abu hurairah bahwa
Rosulullah suatu ketika membaca firman Allah:
يَوْمَئِذٍ تُحَدّثُ
أَخْبَارَهَا
“Pada hari itu bumi menceritakan beritanya.” (QS. Surat Al-Zilzalah: 4)
Para
sahabatnya radhiyallahu ‘anhum bertanya”, wahai Rasulullah, apa yang dimaksud
dengan menceritakan setiap kejadiannya? Rosulullah menjawab: “
أَنْ تَشْهَدَ علَى
كُلِّ عَبْدٍ أَو أَمَةٍ بِما عَمِلَ علَى ظَهْرِها، تَقولُ: عَمِلْتَ كَذا وكَذا،
فِي يَوْمِ كَذا وكَذا
“Akan bersaksi setiap hamba atau setiap umat terhadap apa
yang telah dilakukannya di atas punggungnya, lalu berkata: ia melakukan ini dan
itu pada hari ini dan hari itu.” (HR. Tirmidzi, Ahmad dan Ibnu Hibban)
Khalifah Umar bin Al-Khattab ra pernah mengucapkan
kalimat yang sangat populer untuk menjadi renungan bersama:
حَاسِبوا أَنفُسَكُم
قَبْلَ أَنْ تُحاسَبوا، وزِنوها قَبْلَ أَنْ توزَنوا، وتأَهبوا لِلعَرْضِ
الأَكبَرِ علَى اللهِ
“Hitunglah dirimu sebelum dihitung, dan timbanglah amalmu
sebelum ditimbang, dan bersiaplah untuk dihadapkan kepada Allah pada hari
penghadapan yang besar.” Sebagaimana firman Allah:
يَوْمَئِذٍ
تُعْرَضُونَ لاَ تَخْفَى مِنكُمْ خَافِيَةٌ
“Pada hari itu kamu dihadapkan (kepada Tuhanmu), tiada
sesuatupun dari keadaanmu yang tersembunyi (bagi Allah)”. (QS. Al-Haaqoh: 18)
Kaum Muslimin Jamaah Sholat Jumat yang berbahagia
Oleh sebab itu pada kesempatan jumat kali ini, di saat
kita telah berada di penghujung tahun 1430 H dan di akhir tahun 2009 M ini,
minimal ada tiga hal yang perlu menjadi renungan kita. Agar hari-hari yang
telah berlalu dan hari-hari yang akan datang pada tahun yang baru akan membuat
kita sadar bahwa sesungguhnya setiap jiwa tidak dibiarkan saja hidup semaunya,
hidup yang dilalui akan dipintai pertanggungan jawab di akhirat kelak.
Hal pertama, yang harus menjadi perhatian dan dihitung oleh
setiap orang beriman dari dirinya adalah: Apa yang telah ia lakukan untuk
dirinya dari amal sholeh pada tahun ini? Apakah ia termasuk orang yang dapat
berbahagia, karena telah mengisinya dengan ketaatan di setiap hari-harinya,
bulan-bulannya, pada setiap moment ibadah pada tahun lalu dari ibadah sholat,
inadah puasa, menunaikan kewajiban zakat, ibadah haji dan kurbannya dengan
sungguh-sungguh dan penuh ketaqwaan? Atau bersedih dan menangislah bagi yang
teramat banyak melalaikan kenikmatan tahun yang berlalu ini dengan kemaksiatan,
kedurhakaan, bahkan tidak mengindahkan syariat-syariat Allah dengan penuh rasa
takut kepada-Nya. Allah berfirman:
وَنَفْسٍ وَمَا
سَوَّاهَا، فَأَلْهَمَهَا فُجُورَهَا وَتَقْوَاهَا، قَدْ أَفْلَحَ مَن زَكَّاهَا،
وَقَدْ خَابَ مَن دَسَّاهَا
“dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya), maka Allah mengilhamkan
kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya. sesungguhnya beruntunglah
orang yang mensucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang
mengotorinya. (QS. Asy-Syams: 7-10)
Hadirin yang berbahagia
Hal kedua perlu menjadi bahan renungan kita, adalah keluarga
dan rumah kita. Setiap orang hendaklah bertanya kepada dirinya masing-masing?
Apakah yang telah ia berikan untuk keluarganya? Sudahkah cahaya iman ia bawa
masuk ke dalam rumahnya dengan bersama-sama keluarga menuju ketaatan kepada Allah?
Karena hendaklah setiap rumah seorang muslim menjadi titik tolak kebaikan bagi
dirinya dan keluarganya. Jika rumahnya hampa dari siraman ayat-ayat Al-Quran,
bahkan tidak pernah diperdengarkan Al-Quran selama satu tahun yang lalu, maka
sangat wajarlah jikalau merasakan rumah itu laksana kuburan yang tidak ada
ketenangan di dalamnya, bahkan dihantui oleh rasa takut dan was-was. Rosulullah
bersabda:
عن عبد الرحمن بن سابط
قال قال رسول الله صلى الله عليه و سلم البيت الذي يقرأ فيه القرآن يكثر خيره
ويوسع على أهله ويحضره الملائكة ويهجره الشياطين وإن البيت الذي لا يقرا فيه يضيق
على أهله ويقل خيره ويهجره الملائكة ويحضره الشياطين .
Dari Abdurrahman bin Sabith, Rosulullah besabda: “Rumah yang
dibacakan di dalamnya Al-Quran akan anyak kebaikannya, diluaskan bagi
penghuninya, dihadiri oleh malaikat dan setan pergi darinya. Dan rumah yang
tidak dibacakan di dalamnya Al-Quran, maka akan merasa sempitlah penghuninya,
sedikit kebaikan di dalamnya, malaikat pergi darinya dan dihuni oleh setan.
(HR. Abdul Razak dan Dailami)
Hal ketiga yang perlu kita hitung-hitung dan instospeksi
adalah hak tetangga dan masyarakat dan kewajiban kita kepada mereka. Apakah
kita sudah menyampaikan amanat yang diembankan kepada kita dengan baik,
ataukah kita khianati amanat tersebut? Sudahkah hak-hak bertetangga dan
bermasyarakat kita tunaikan dengan baik? Jika belum bermohonlah ampunan kepada
Allah atas setiap kelemahan kita dalam menjalankan kewajiban terhadap sesame
hamba beriman. Sabda Rosulullah berikut cukuplah menjadi acuan kita dalam
menjalani kehidupan sehari-hari.
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ
-صلى الله عليه وسلم- قَالَ :
حَقُّ الْمُسْلِمِ عَلَى الْمُسْلِمِ سِتٌّ. قِيلَ مَا هُنَّ يَا
رَسُولَ اللَّهِ قَالَ :
إِذَا لَقِيتَهُ فَسَلِّمْ عَلَيْهِ وَإِذَا دَعَاكَ فَأَجِبْهُ وَإِذَا
اسْتَنْصَحَكَ فَانْصَحْ لَهُ وَإِذَا عَطَسَ فَحَمِدَ اللَّهَ فَسَمِّتْهُ
وَإِذَا مَرِضَ فَعُدْهُ وَإِذَا مَاتَ فَاتَّبِعْهُ.
Dari Abu Hurairah ra.
Rosulullah saw bersabda: Hak muslim atas muslim yang lain ada enam. Sahabat
bertanya, apakah itu Ya Rosulullah? Rosul menjawab: Apabila bertemu ucapkanlah
salam, apabila ia mengundangmu maka penuhilah, apabila meminta nasehat
kepadamu, nasehatilah, apabila sakit jenguklah dan apabila meninggal dunia
hantarlah jenazahnya. ( HR. Muslim)
Kehidupan
individual saat ini yang cenderung membuat satu sama lain tidak saling kenal
bahkan menaruh curiga, hal ini sangat bertolak belakang dan jauh dari
nilai-nilai mulia agama islam. Sehingga terlihat kehidupan ukhuwah islamiyah
terasa hambar dan mulai memudar.
Semoga khutbah singkat ini
menjadi sedikit renungan kita di akhir tahun untuk menapaki tahun baru 1431 H
dan tahun 2010 M dengan lebih baik. Menanamkan keinginan kuat dalam dada untuk
menjadi seorang hamba yang taat kepada Allah,dapat membawa dan memberikan
kebaikan bagi keluarga dan masyarakat. Amiin ya rabbal alamiin.
أقُولُ قَوْلي هَذَا
وَأسْتغْفِرُ اللهَ العَظِيمَ لي وَلَكُمْ، فَاسْتغْفِرُوهُ يَغْفِرْ
لَكُمْ إِنهُ هُوَ الغَفُورُ الرَّحِيمُ، وَادْعُوهُ يَسْتجِبْ
لَكُمْ إِنهُ هُوَ البَرُّ الكَرِيْمُ.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.