Alfaqih Warsono
“Ya Rabb kami, berilah ampunan kepada kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu sebelum kami, dan janganlah Engkau membiarkan ada kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman. Ya Rabb kami, sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang.”
“Ya Allah, jadikanlah pemimpin kami orang yang baik. Berikanlah taufik kepada mereka untuk melaksanakan perkara terbaik bagi diri mereka, bagi Islam, dan kaum muslimin. Ya Allah, bantulah mereka untuk menunaikan tugasnya, sebagaimana yang Engkau perintahkan, wahai Rabb semesta alam. Ya Allah, jauhkanlah mereka dari teman dekat yang jelek dan teman yang merusak. Juga dekatkanlah orang-orang yang baik dan pemberi nasihat yang baik kepada mereka, wahai Rabb semesta alam. Ya Allah, jadikanlah pemimpin kaum muslimin sebagai orang yang baik, di mana pun mereka berada.”
1.
Berdoa untuk kaum muslimin ketika khotbah kedua
Ulama
berselisih pendapat tentang hukum berdoa bagi kaum muslimin ketika khotbah
kedua.
- Pendapat pertama, hukum berdoa ketika khotbah adalah sunah. Ini adalah pendapat Hanafiyah, Syafi’iyah –dalam salah satu pendapat mereka–, dan pendapat Hanabilah.
- Pendapat kedua, berdoa ketika khotbah merupakan rukun khotbah kedua. Karena itu, wajib untuk berdoa pada khotbah kedua. Ini adalah pendapat yang dijadikan acuan dalam Mazhab Syafi’iyah.
Insya Allah,
pendapat yang lebih kuat dalam hal ini adalah pendapat pertama, yang menyatakan
bahwa berdoa saat khotbah kedua itu hukumnya dianjurkan, bukan termasuk rukun.
Semua ulama sepakat bahwa mendoakan kebaikan kepada kaum muslimin termasuk
sesuatu yang disyariatkan.
Syekh
Muhammad bin Ibrahim mengatakan, “Hendaknya doa ketika khotbah adalah doa yang
penting bagi kaum muslimim, seperti: kemenangan untuk Islam dan kaum muslimin,
serta kekalahan bagi orang kafir.” (Fatawa wa Rasail Syaikh Muhammad bin
Ibrahim, 3:21)
Di
antara dalil bahwa berdoa pada kesempatan ini hukumnya dianjurkan adalah:
- Hadis dari Samurah bin Jundab radhiallahu ‘anhu, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam meminta ampunan untuk kaum mukminin-mukminat dan muslimin-muslimat setiap hari Jumat. (H.r. Al-Bazzar dan Thabrani. Ibnu Hajar berkata, “Sanadnya layyin karena dalam sanadnya ada Yusuf bin Khalid As-Samti, dan dia termasuk perawi dhaif)
- Waktu berkhotbah termasuk waktu yang mustajab, sehingga dianjurkan untuk memanfaatkan waktu ini untuk berdoa.
Teks Doa
Doa
pertama:
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ
لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ
الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ
مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ
“Ya
Allah, ampunilah kaum mukminin laki-laki dan wanita, kaum muslimin laki-laki
dan wanita, baik yang masih hidup maupun yang sudah meninggal. Sesungguhnya,
Engkau adalah Dzat yang Maha Mendengar, Mahadekat, Dzat yang mengabulkan doa.”
Keterangan:
Teks doa ini tidak ada dalilnya dalam Alquran maupun hadis. Karena itu, boleh divariasikan. Yang penting, mengandung doa permohonan ampunan untuk kaum mukminin laki-laki dan wanita.
Teks doa ini tidak ada dalilnya dalam Alquran maupun hadis. Karena itu, boleh divariasikan. Yang penting, mengandung doa permohonan ampunan untuk kaum mukminin laki-laki dan wanita.
Doa
kedua:
رَبَّنَا اغْفِرْ
لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِالْإِيْمَانِ وَلَا
تَجْعَلْ فِيْ قُلُوْبِنَا غِلًّا لِلَّذِيْنَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ
رَءُوفٌ رَحِيمٌ
“Ya Rabb kami, berilah ampunan kepada kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu sebelum kami, dan janganlah Engkau membiarkan ada kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman. Ya Rabb kami, sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang.”
Keterangan:
Teks doa ini merupakan firman Allah di surat Al-Hasyr, ayat 10.
Teks doa ini merupakan firman Allah di surat Al-Hasyr, ayat 10.
2.
Mendoakan kebaikan untuk pemimpin secara umum
Mendoakan
kebaikan bagi penguasa kaum muslimin secara umum dalam khotbah Jumat termasuk
amalan yang dianjurkan. Imam An-Nawawi mengatakan, “Mendoakan kebaikan untuk
penguasa kaum muslimin dan pemimpin mereka, agar mendapatkan kebaikan,
kemudahan dalam menegakkan kebenaran serta keadilan, dan semacamnya termasuk
doa yang dianjurkan menurut kesepakatan ulama.” (Al-Majmu’ Syarh Muhadzab,
4:521)
Imam
Ahmad bin Hanbal pernah mengatakan, “Andaikan saya memiliki satu doa yang pasti
dikabulkan, niscaya saya berikan doa itu untuk kebaikan pemimpin yang adil,
karena ketika pemimpin baik maka itu akan memberikan kebaikan kepada kaum
muslimin.” (Al-Furu’, 2:120). Beliau juga mengatakan, “Aku doakan pemimpin
agar mendapatkan taufik dan petunjuk menuju jalan yang lurus.” (Al-Furu’,
2:120)
Imam
Al-Barbahari mengatakan, “Apabila engkau melihat seseorang mendoakan keburukan
untuk pemimpinnya, ketahuilah, dia adalah pengikut hawa nafsu (ahli bid’ah).
Sebaliknya, jika engkau mendengar seseorang mendoakan kebaikan bagi
penguasanya, ketahuilah, dia termasuk ahlus sunnah, insya Allah.” (Syarhus
Sunnah, no. 107)
Kemudian,
beliau mengutip perkataan Fudhail bin ‘Iyadh; beliau mengatakan, “Andaikan aku
memiliki satu doa yang pasti dikabulkan, aku tidak akan menggunakan doa itu
kecuali untuk kebaikan penguasa.” Beliau ditanya, “Wahai Abu Ali (kun-yah
Fudhail), mohon jelaskan kepada kami perkataan Anda.” Beliau menjawab, “Jika
aku gunakan doa yang baik ini untuk kepentingan diriku maka manfaatnya tidak
meluas. Namun, jika aku gunakan untuk kebaikan penguasa, kemudian dia menjadi
baik, seluruh masyarakat dan negara akan menjadi baik.” Karena itu, kita
diperintah untuk mendoakan kebaikan bagi penguasa, dan kita tidak boleh mendoakan
keburukan bagi mereka, meskipun mereka berbuat jahat dan zalim, karena
kejahatan dan kezaliman mereka akan menimpa diri mereka sendiri, sedangkan
kebaikan mereka akan memberikan dampak baik untuk dirinya dan kaum muslimin. (Syarhus
Sunnah, no. 107)
Teks
doa
Doa
pertama:
اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ
وُلَاةَ أُمُوْرِنَا، اَللَّهُمَّ وَفِّقْهُمْ لِمَا فِيْهِ صَلَاحُهُمْ
وَصَلَاحُ اْلإِسْلَامِ وَالْمُسْلِمِيْنَ، اَللَّهُمَّ أَعِنْهُمْ
عَلَى الْقِيَامِ بِمَهَامِهِمْ كَمَا أَمَرْتَهُمْ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ.
اَللَّهُمَّ أَبْعِدْ عَنْهُمْ بِطَانَةَ السُّوْءِ وَالْمُفْسِدِيْنَ
وَقَرِّبْ إِلَيْهِمْ أَهْلَ الْخَيْرِ وَالنَّاصِحِيْنَ يَا
رَبَّ الْعَالَمِيْنَ اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ وُلَاةَ أُمُوْرِ الْمُسْلِمِيْنَ
فِيْ كُلِّ مَكَانٍ
“Ya Allah, jadikanlah pemimpin kami orang yang baik. Berikanlah taufik kepada mereka untuk melaksanakan perkara terbaik bagi diri mereka, bagi Islam, dan kaum muslimin. Ya Allah, bantulah mereka untuk menunaikan tugasnya, sebagaimana yang Engkau perintahkan, wahai Rabb semesta alam. Ya Allah, jauhkanlah mereka dari teman dekat yang jelek dan teman yang merusak. Juga dekatkanlah orang-orang yang baik dan pemberi nasihat yang baik kepada mereka, wahai Rabb semesta alam. Ya Allah, jadikanlah pemimpin kaum muslimin sebagai orang yang baik, di mana pun mereka berada.”
Keterangan:
Doa ini merupakan doa Syekh Shaleh Al-Fauzan dalam khotbah beliau.
Doa ini merupakan doa Syekh Shaleh Al-Fauzan dalam khotbah beliau.
Doa
kedua:
اَللَّهُمَّ وَفِّقْ
وُلَاةَ أُمُوْرِنَا لِمَا تُحِبُّهُ وَتَرْضَاهُ، اَللَّهُمَّ أَعِنْهُمْ
عَلَى طَاعَتِكَ وَاهْدِهِمْ سَوَاءَ السَّبِيْلِ، اَللَّهُمَّ جَنِّبْهُمْ
الْفِتَنَ مَاظَهَرَ مِنْهَا وَمَابَطَنَ، إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ
قَدِيرٌ
“Ya
Allah, berikanlah taufik kepada pemimpin kami untuk menempuh jalan yang Engkau
cintai dan Engkau ridhai. Ya Allah, bantulah meraka dalam melakukan ketaatan
kepada-Mu dan berilah mereka petunjuk ke jalan yang lurus. Ya Allah, jauhkanlah
mereka dari setiap fitnah dan masalah, baik yang tampak jelas maupun yang
tersembunyi. Sesungguhnya, Engkau Mahakuasa atas segala sesuatu.”
Doa
ketiga:
اَللَّهُمَّ آمِنَّا
فِيْ أَوْطَانِنَا وَأَصْلِحْ أَئِمَّتَنَا وَوُلَاةَ أُمُوْرِنَا وَاجْعَلْ
وِلَايَتَنَا فِيْ مَنْ خَافَكَ وَاتَّقَاكَ وَاتَّبَعَ رِضَاكَ يَا
رَبَّ الْعَالَمِيْنَ. اَللَّهُمَّ وَفِّقْ وَلِيَّ أَمْرِنَا لِهُدَاكَ
وَاجْعَلْ عَمَلَهُ فِيْ رِضَاكَ، وَارْزُقْهُ الْبِطَانَةَ الصَّالِحَةَ
النَاصِحَةَ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ
“Ya
Allah, berilah kami keamanan di negeri kami, jadikanlah pemimpin kami dan
penguasa kami orang yang baik. Jadikanlah loyalitas kami untuk orang yang takut
kepada-Mu, bertakwa kepada-Mu, dan mengikuti ridha-Mu, yaa Rabbal ‘alamin. Ya
Allah, berikanlah taufik kepada pemimpin kami untuk menempuh jalan petunjuk-Mu,
jadikanlah sikap dan perbuatan mereka sesuai ridha-Mu, dan berikanlah teman
dekat yang baik untuk mereka, yaa Rabbal ‘alamin.”
Keterangan:
Doa ini termasuk salah satu doa Syekh Abdurrazaq bin Abdul Muhsin pada salah satu khotbah Jumat beliau.
Doa ini termasuk salah satu doa Syekh Abdurrazaq bin Abdul Muhsin pada salah satu khotbah Jumat beliau.
Selain
doa-doa di atas, khatib juga bisa menambahkan doa-doa yang lainnya, baik yang
ada dalam Alquran maupun As-Sunnah. Di antaranya:
a. Doa
agar mendapatkan keturunan yang baik
رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا
وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِيْنَ إِمَامًا
“Wahai
Rabb kami, anugerahkanlah kepada kami istri-istri kami dan keturunan kami
sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang
bertakwa.”
b. Doa
untuk kebaikan dunia dan akhirat
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي
الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
“Wahai
Rabb kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat serta
lindungilah kami dari siksa neraka.”
c. Doa mohon ampunan atas sikap yang melampui batas
رَبَّنَا اغْفِرْ
لَنَا ذُنُوْبَنَا وَإِسْرَافَنَا فِيْ أَمْرِنَا وَثَبِّتْ أَقْدَامَنَا
وَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِيْنَ
“Wahai
Rabb kami, ampunilah dosa-dosa kami dan segala tindakan kami yang
berlebih-lebihan dalam urusan kami, teguhkanlah pendirian kami, dan tolonglah
kami atas kaum yang kafir.”
d. Doa
memohon ampunan untuk orang tua dan seluruh kaum muslimin
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِوَالِدَيْنَا
وَلِمَنْ دَخَلَ بَيْتِنَا مُؤْمِنًا وَلِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ
“Wahai
Rabb kami, ampunilah kami, orang tua kami, dan setiap orang yang masuk ke rumah
kami dengan beriman, juga semua laki-laki yang beriman dan perempuan yang
beriman.”
Catatan:
Doa
khatib ketika berkhotbah adalah doa jama’i, yang diaminkan oleh sebagian
makmum. Karena itu, hindari penggunaan kata ganti “aku” atau “-ku”,
karena doa dengan kata ganti “aku” berarti doa untuk kepentingan pribadi,
padahal makmum mengaminkannya. Sebagian
ulama menganggap tindakan ini sebagai bentuk pengkhianatan kepada makmum.
Contoh
yang sering terjadi, doa memohonkan ampunan untuk diri sendiri dan orang tua:
رَبِّ اغْفِرْ لِيْ وَلِوَالِدَيَّ
وَارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِيْ صَغِيْرًا
“Ya
Allah, ampunilah aku dan kedua orang tuaku, serta berilah rahmat kepada
keduanya, sebagaimana mereka mendidikku di waktu kecil.”
Doa
ini tidak boleh dibaca pada saat doa jemaah, termasuk ketika khotbah. Karena
doa ini kembali untuk kepentingan khatib sendiri. Yang benar, kata ganti “aku”
diubah menjadi “kami”, sehingga teks doanya adalah:
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِوَالِدَيْنَا
وَارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانَا صِغَارًا
“Ya
Allah, ampunilah kami dan kedua orang tua kami, serta berilah rahmat kepada
keduanya, sebagaimana mereka mendidik kami di waktu kecil.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.