Alfaqih Warsono
إِنَّ الْحَمْدَ للهِ نَحْمَدُهُ
وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ ْ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ
أَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا ْ
مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ
يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ ْ
وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ
أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. ْ اللهم صل
وسلم على نبينا محمد وعلى آله وصحبه أجمعين ْ
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ
اتَّقُواْ اللّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُم مُّسْلِمُون ْ
يَاأَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُواْ رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُم مِّن نَّفْسٍ
وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيراً
وَنِسَاءً ْ وَاتَّقُواْ اللّهَ الَّذِي تَسَاءلُونَ بِهِ وَالأَرْحَامَ إِنَّ
اللّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيباً ْ يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا
اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلاً سَدِيداً ْ يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ
وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَن يُطِعْ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ
فَوْزاً عَظِيماً ْ
أما بعد
Ikhwanul Muslimin rahimakumullah,
Sebelum Khutbah ini dilanjutkan, marilah kita meningkatkan keimanan dan ketaqwaan dengan ikhlash kepada Allah SWT. Taqwa yang mengantarkan kita kepada derajat yang mulia di sisi Allah. "Inna akromakum 'indallahi atqokum".
Ya Allah, tolonglah aku agar selalu
berdzikir mengingat-Mu, bersyukur pada-Mu, dan memperbagus ibadah pada-Mu
Agama
Itu Dibangun Di Atas Dzikir dan Syukur
Ibnul Qoyyim mengatakan bahwa agama
ini dibangun di atas 2 landasan yaitu dzikir dan syukur. Lantas beliau
rahimahullah membawakan firman Allah,
فَاذْكُرُونِي أَذْكُرْكُمْ
وَاشْكُرُوا لِي وَلا تَكْفُرُونِ
“Berdzikirlah pada-Ku, niscaya
Aku akan mengingat kalian. Bersyukurlah pada-ku, janganlah kalian kufur.”
(QS. Al Baqoroh : 152)
Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam juga bersabda pada Mu’adz, “Demi Allah, aku sungguh mencintaimu.
Aku wasiatkan padamu, janganlah engkau lupa untuk mengucapkan pada akhir shalat
(sebelum salam):
اللَّهُمَّ أَعِنِّى عَلَى ذِكْرِكَ
وَشُكْرِكَ وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ
ALLAHUMMA A’INNI ‘ALA DZIKRIKA WA
SYUKRIKA WA HUSNI ‘IBADATIK [Ya Allah, tolonglah aku agar selalu
berdzikir/mengingat-Mu, bersyukur pada-Mu, dan memperbagus ibadah pada-Mu].” (HR. Abu Daud dan Ahmad, shahih)
Itulah beberapa dalil yang menunjukkan bahwa agama ini dibangun dan bisa tegak dengan dzikir dan syukur.
Namun,
apa yang dimaksud dengan dzikir?
Apakah cukup dengan mulut yang
komat-kamit? Beliau rahimahullah memberi penjelasan yang sangat bagus sekali.
Beliau mengatakan bahwa dzikir bukanlah hanya dengan lisan yang komat-kamit.
Namun, dzikir yang sebenarnya adalah dengan hadirnya hati disertai ucapan
lisan. Dalam dzikir kita juga harus meresapi makna nama dan sifat Allah,
mengingat perintah dan larangan-Nya, dan mengingat Allah dengan merenungkan
kalamullah yaitu Al Qur’an. Ini semua bisa digapai jika seseorang mengimani
nama dan sifat-Nya, serta mengagungkan-Nya, juga memuji-Nya dengan berbagai
macam sanjungan. Semua ini bisa digapai jika seseorang bertauhid dengan benar.
Dzikir yang hakiki harus terkandung ini semua. Juga dzikir ini haruslah digapai
dengan senantiasa mengingat nikmat Allah dan mengingat kebaikan Allah pada
makhluk-Nya.
Itulah dzikir yang sebenarnya dan
yang semestinya dilakukan setiap muslim.
Lalu
apa yang dimaksud dengan syukur?
Syukur adalah melaksanakan ketaatan
kepada Allah, mendekatkan diri kepada-Nya dengan rasa cinta lahir maupun batin.
Sehingga syukur bukanlah hanya di lisan semata, namun haruslah direalisasikan
dalam ketaatan dan amal perbuatan.
Inilah dua perkara yang akan
menegakkan agama seseorang.
Dalam dzikir kepada-Nya harus
terdapat ma’rifah atau keimanan yang hakiki. Sedangkan dalam syukur harus
terdapat ketaatan kepada-Nya.
Kedua perkara inilah tujuan
diciptakannya jin dan manusia, juga langit dan bumi. Dengan dua hal ini baru
akan ada pahala dan hukuman, juga sebab diturunkannya kitab suci dan para
rasul.
Dalam berbagai ayat disebutkan bahwa
tujuan penciptaan makhluk adalah agar kita senantiasa berdzikir (mengingat-Nya)
dengan iman, dan juga bersyukur kepada-Nya dengan melakukan ketaatan. Tujuan
penciptaan bukanlah untuk melupakan-Nya dan mengufuri-Nya. Ingatlah, Allah akan
senantiasa mengingat hamba-Nya jika mereka selalu berdzikir pada-Nya, juga akan
senantiasa mensyukuri hamba-Nya, jika mereka bersyukur pada-Nya.
Dzikir adalah sebab Allah mengingat
hamba-Nya dan syukur adalah sebab Allah akan selalu menambah nikmat dan
karunia.
Dzikir dilakukan dengan lisan dan
hati. Sedangkan syukur dilakukan dengan rasa cinta dalam hati, pujian dalam
lisan, dan melakukan ketaatan dengan anggota badan.
Semoga Allah membalas kebaikan Ibnul
Qoyyim karena telah menyampaikan faedah yang berharga ini. Semoga kita termasuk
orang-orang yg mengingat dan bersyukur pada-Nya. AMIN …
أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا،
وَأَسْتَغْفِرُهُ العَظِيْمَ الجَلِيْلَ لِيْ وَلَكُمْ، وَلِجَمِيْعِ
المُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ؛ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ
الرَحِيْمُ
—-
Maraji: Muhammad Abduh Tuasikal, MSc
http://rumaysho.com/amalan/dzikir-dan-syukur-yang-sebenarnya-627.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.