Kamis, 03 November 2011

Pentingnya Amar Ma'ruf Nahi Munkar

Al Faqih Warsono



إِنّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ  اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن.   يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ يَاأَيّهَا الّذِيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْلَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا، أَمّا بَعْدُ ...

Jama’ah shalat jum’at yang berbahagia,
Keimanan seseorang bisa berubah-ubah, dapat meningkat juga dapat merosot tajam. Keimanan akan meningkat dengan amalan shalih yang dikerjakan. Dan kemerosotannya disebabkan terjadinya pelanggaran syari’at dan maksiat. Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam menggambarkan keimanan dengan hadits yang diriwayatkan oleh al-Hakim dalam Mustadrak dengan sanad hasan, yang artinya,“Sesungguhnya keimanan dapat menjadi lekang, bagaikan baju yang bisa berubah usang. Karena itu, mintalah kepada Allah agar Allah memperbaharui iman dalam hati kalian.”
Oleh karena itu marilah kita meningkatkan taqwa kita kepada Allah Ta’ala karena taqwa adalah sebaik-baik bekal bagi seorang hamba dalam mengarungi kehidupan dunia dan akhirat.

Kaum Muslimin Jama’ah Jum’at rahimakumullah.
Amar ma’ruf nahi munkar yang oleh sebagian ulama disamakan dengan dakwah adalah suatu kewajiban mulia di dalam Islam yang dengannyalah Allah Ta’ala menjadikan umat ini sebagai umat terbaik, sebagaimana firman Allah Ta’ala di dalam surat Ali Imran;110:

كُنتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللّهِ وَلَوْ آمَنَ أَهْلُ الْكِتَابِ لَكَانَ خَيْراً لَّهُم مِّنْهُمُ الْمُؤْمِنُونَ وَأَكْثَرُهُمُ الْفَاسِقُونَ
“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka; di antara mereka ada yang beriman dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.”
Di dalam menafsirkan ayat ini Syaikh as-Sa’di Rahimahullah berkata, “Allah memuji umat ini dan Dia mengabarkan bahwa mereka adalah umat terbaik yang Allah lahirkan untuk manusia. Hal ini karena mereka menyempurnakan diri mereka dengan iman, yang mengharuskan mereka untuk menunaikan semua perintah Allah dan karena mereka menyempurnakan orang lain dengan cara amar ma’ruf nahi munkar, yang di dalamnya terkandung dakwah ke jalan Allah, kesungguhan mereka di dalam dakwah tersebut dan mengerahkan seluruh kemampuan mereka di dalam mengembalikan manusia dari kesesatan dan kesalahan mereka (menuju ke jalan hidayah).
Maka, dari ayat ini, kita tahu bahwasanya kemuliaan dan kebaikan umat ini salah satunya disebabkan karena adanya amar ma’ruf nahi munkar dan sebaliknya apabila mereka meninggalkan hal ini, maka akan terjadi banyak sekali akibat buruk yang menimpa umat ini, dan di antara dampak-dampak tersebut adalah:
1. Hilangnya rasa aman, baik di tingkat pribadi maupun masyarakat. Hal ini sebagaimana yang ditunjukkan oleh Allah Ta’ala dalam surat Toha 123-124:
قَالَ اهْبِطَا مِنْهَا جَمِيعاً بَعْضُكُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ فَإِمَّا يَأْتِيَنَّكُم مِّنِّي هُدًى فَمَنِ اتَّبَعَ هُدَايَ فَلَا يَضِلُّ وَلَا يَشْقَى .وَمَنْ أَعْرَضَ عَن ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنكاً وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَى
"Turunlah kamu berdua dari surga bersama-sama, sebagian kamu menjadi musuh sebahagian yang lain. Maka jika datang kepadamu petunjuk daripadaKu, lalu barangsiapa mengikuti petunjukKu, ia tidak akan seat dan ia tidak akan celaka. Dan barangsiapa yang berpaling dari peringatanKu, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta". (QS. Thaha: 123-124)
Berkata Syaikh Asa’di di dalam tafsir beliau mengikuti kebenaran dengan cara membenarkan kabar al-Qur`an dan tidak membantahnya dengan syubhat dan mengamalkan perintah dengan tidak menentangnya dengan syahwat. Maka syubhat dan syahwat keduanya adalah penghalang terwujudnya perintah Ilahi dan ditinggalkannya laranganNya. Maka apabila kita perhatikan kondisi dunia saat ini, khususnya masyarakat yang tidak berhukum dengan apa yang diturunkan oleh Allah, bahwa mereka menolak hukumNya, maka kita dapatkan mereka tenggelam di dalam syubhat dan syahwat dan tersebarlah di dalam masyarakat tersebut kejahatan baik secara fisik maupun maknawi dan hilanglah rasa aman di dalamnya. Tentunya hal ini disebabkan karena tidak adanya amar ma’ruf, adapun negeri-negeri yang di dalamnya ditegakkan amar ma’ruf tidak demikian.
2. Tersebarnya kerusakan di dalam kehidupan bermasyarakat, ekonomi maupun politik. Kerusakan ini ditimbulkan apabila generasi ini tumbuh tanpa ada perbaikan/ amar ma’ruf nahi munkar. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam memberikan permisalan tentang hal ini dalam hadits riwayat Imam Bukhari dari sahabat Nu’man bin Basyir Radhiyallahu ‘anhu, Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
مَثَلُ القَائِمِ في حُدُودِ اللهِ وَالوَاقعِ فِيهَا ، كَمَثَلِ قَومٍ اسْتَهَمُوا عَلَى سَفِينَةٍ فَصَارَ بَعْضُهُمْ أعْلاها وَبَعْضُهُمْ أَسْفَلَهَا ، وَكَانَ الَّذِينَ في أَسْفَلِهَا إِذَا اسْتَقَوا مِنَ المَاءِ مَرُّوا عَلَى مَنْ فَوْقهُمْ ، فَقَالُوا : لَوْ أنَّا خَرَقْنَا في نَصِيبِنَا خَرْقاً وَلَمْ نُؤذِ مَنْ فَوقَنَا ، فَإِنْ تَرَكُوهُمْ وَمَا أرَادُوا هَلَكُوا جَميعاً ، وَإنْ أخَذُوا عَلَى أيدِيهِمْ نَجَوا وَنَجَوْا جَميعاً
“Perempumaan orang yang menegakkan hudud (hukum) Allah dan orang yang melanggarnya adalah seperti suatu kaum yang melakukan undian di atas kapal, maka sebagian mereka mendapatkan bagian di lantai atas dan yang lain di lantai bawah. Maka apabila yang berada di lantai bawah hendak mengambil air, mereka melewati orang-orang yang berada di lantai atas. Maka mereka pun berkata-kata seandainya kami melubangi yang menjadi bagian kami (bagian bawa kapal), tentu kami tidak mengganggu orang-orang yang di atas kami (karena tidak melewati mereka ketika mengambil air). Maka apabila mereka dibiarkan melakukan apa yang mereka inginkan, maka binasalah semuanya, dan apabila mereka dicegah (dari niatnya), maka selamatlah mereka dan selamatlah seluruh penghuni kapal.” (Al-Bukhari)
Berkata al-Hafidz Ibnu Hajar Rahimahullah, maknanya yang melarang dan yang dilarang selamat semuanya. Dan demikianlah menegakkan hudud (Allah) akan mewujudkan keselamatan bagi yang menyuruh dan orang yang disuruh apabila tidak maka binasalah pelaku kemaksiatan karena maksiatnya dan orang yang diam (tidak mencegahnya) karena ridhanya mereka. Beliau berkata lagi di dalam hadits ini ada penjelasan bahwa turunnya adzab karena ditinggalkannya amar ma’ruf nahi munkar.
3. Paceklik, kekeringan yang panjang dan hilangnya keberkahan pada rizki-rizki mereka. Hal ini dikarenakan banyaknya kamaksiatan yang dilakukan dan tidak ada yang menasehati dan mendakwahi mereka untuk meninggalkan kemaksiatan mereka, sebagaimana firman Allah,
وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آمَنُواْ وَاتَّقَواْ لَفَتَحْنَا عَلَيْهِم بَرَكَاتٍ مِّنَ السَّمَاءِ وَالأَرْضِ وَلَـكِن كَذَّبُواْ فَأَخَذْنَاهُم بِمَا كَانُواْ يَكْسِبُونَ
“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertaqwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (Al-A’raf: 96)
Dan amar ma’ruf tujuan intinya adalah menyeru kepada keimanan dan berdakwah kepada ketaqwaan. Maka dengan amar ma’ruf dan nahi munkar turunlah keberkahan di dalam rizki-rizki mereka dan dengannya pula dihapuskan segala kesalahan, Nabi bersabda,
فِتْنَة الرَّجُل فِي أَهْله وَمَاله وَوَلَده , تُكَفِّرُهَا َالصَّلَاةُ وَالصَّدَقَةُ وَالْأَمْرُ بِالْمَعْرُوفِ وَالنَّهْي عَنْ الْمُنْكَر
“Fitnah (dosa/ keburukan) seseorang di dalam keluarganya, hartanya dan anaknya dihapuskan oleh shalat, shadaqah, dan amar ma’ruf nahi munkar.” (Al-Bukhari)
4. Tidak diijabahnya do’a, dan ini adalah perkara yang mengerikan karena seseorang hamba sangat fakir kepada Allah, maka apabila dia berdo’a kemudian tidak dikabulkan oleh Allah, maka dia termasuk orang yang celaka. Tidak terkabulnya do’a karena ditinggalkannya amar ma’ruf. Hal ini ditunjukkan oleh sabda Nabi,
وَالَّذِى نَفْسِى بِيَدِهِ لَتَأْمُرُنَّ بِالْمَعْرُوفِ وَلَتَنْهَوُنَّ عَنِ الْمُنْكَرِ أَوْ لَيُوشِكَنَّ اللَّهُ أَنْ يَبْعَثَ عَلَيْكُمْ عِقَاباً مِنْ عِنْدِهِ ثُمَّ لَتَدْعُنَّهُ فَلاَ يَسْتَجِيبُ لَكُمْ
“Demi yang jiwaku di tanganNya hendaklah kalian beramar ma’ruf dan nahi munkar, atau (kalau tidak) hampir-hampir Allah akan menurunkan adzab kepada kalian kemudian kalian kemudian kalian berdo’a dan tidak dikabulkan.”
5. Turunnya berbagai macam musibah ,baik yang nampak maupun yang tersembunyi. Apabila dalam suatu negeri tidak ditegakkan amar ma’ruf dan tidak ada pengingkaran terhadap kemungkaran dan kemaksiatannya. Dan kemaksiatan apabila tersembunyi, maka dampaknya hanyalah untuk pelakunya saja. Adapun apabila dilakukan dengan terang-terangan dan tidak ada yang mengingkarinya, maka dampaknya akan menimpa seluruh manusia, ini sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Anfal: 25.
وَاتَّقُواْ فِتْنَةً لاَّ تُصِيبَنَّ الَّذِينَ ظَلَمُواْ مِنكُمْ خَآصَّةً وَاعْلَمُواْ أَنَّ اللّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ
“Dan peliharalah dirimu dari pada siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang zhalim saja diantara kamu. Dan ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaanNya.”(Al-Anfal: 25)
Maka tidaklah terjadi musibah dan fitnah yang menimpa kaum Muslimin di seluruh penjuru dunia saat ini, melainkan karena tersebarnya kamaksiatan dan kebanyakan manusia tidak peduli lagi dengan amar ma’ruf nahi munkar. Oleh karena itu cermatilah firman Allah,
وَمَا كَانَ رَبُّكَ لِيُهْلِكَ الْقُرَى بِظُلْمٍ وَأَهْلُهَا مُصْلِحُونَ
“Dan Rabbmu sekali-kali tidak akan membinasakan negeri-negeri secara zalim, sedang penduduknya orang-orang yang berbuat kebaikan.” (Hud: 117)
6. Turunnya laknat yaitu dijauhkan dari rahmat Allah, karena laknat tidak terjadi melainkan karena seseorang melakukan dosa besar. Dan Allah telah mengabarkan bahwasanya Dia telah melaknat orang-orang sebelum kita yaitu Bani Isra`ilk arena mereka meninggalkan amar ma’ruf nahi munkar. Allah Ta’ala berfirman,
لُعِنَ الَّذِينَ كَفَرُواْ مِن بَنِي إِسْرَائِيلَ عَلَى لِسَانِ دَاوُودَ وَعِيسَى ابْنِ مَرْيَمَ ذَلِكَ بِمَا عَصَوا وَّكَانُواْ يَعْتَدُونَ كَانُواْ لاَ يَتَنَاهَوْنَ عَن مُّنكَرٍ فَعَلُوهُ لَبِئْسَ مَا كَانُواْ يَفْعَلُونَ
“Telah dilaknati orang-orang kafir dari Bani Israil dengan lisan Daud dan 'Isa putera Maryam. Yang demikian itu, disebabkan mereka durhaka dan selalu melampaui batas. Mereka satu sama lain selalu tidak melarang tindakan munkar yang mereka perbuat. Sesungguhnya amat buruklah apa yang selalu mereka perbuat itu.” (Al-Ma`idah:78-79)
7. Punahnya hukum dan syiar Islam.
Ini adalah bahaya yang paling besar dari sekian bahaya ditinggalkannya amar ma’ruf nahi munkar. Karena tidaklah hukum-hukum Islam dan syiar-syiarnya menjadi asing melainkan karena mereka tidak mengenal Islam. Hal itu disebabkan karena tidak adanya para penyeru kepada yang ma’ruf dan penentang kemungkaran. Maka kita dapati saat ini orang-orang Islam yang justru mempermainkan dan memperolok-olok hukum dan syiar Islam. Padahal memperolok-olok dan mempermainkan syariat Islam adalah salah satu perbuatan yang bisa mengeluarkan seseorang dari Islam, maka hendaklah kita berhati-hati dari hal yang demikian. Demikian bahaya-bahaya ditimbulkan ketika kita meninggalkan amar ma’ruf nahi munkar, maka dari sini kita tahu betapa pentingnya perkara ini. Untuk itu supaya kita terbebas dari bahaya-bahaya di atas.

أَقُوْلُ قَوْلِي هَذا أَسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرّحِيْمِ.

PENTINGYA DZIKIR KEPADA ALLAH

Al Faqih Warsono


 

إِنّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن. قَالَ اللهُ تَعَالَى: يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
اَمَّا بَعْد:

Salah satu penanda bersemayamnya cinta di hati seorang pecinta dengan objek yang dicinta adalah seringnya menyebut-nyebut nama objek yang dicintai dan selalu mengingatnya di manapun dan kapan pun. Begitu juga seorang hamba yang mencintai Tuhannya. Senantiasa terjaga dalam kondisi ingat dan menyebut nama Allah di setiap kesempatan. Itulah Dzikrullah. Dzikir bisa dilakukan dalam berbagai macam kegiatan,  membaca Al-Qur’an, melafalkan kalimat-kalimat Thoyyibah seperti  Tasbih, Takbir, Tahlil, Tahmid dan salah satu bentuk dzikir juga adalah dengan menegakan shalat baik yang fardhu’ atau sunah.  Shalat adalah salah satu bentuk dzikir yang terbesar  keutamaannya. Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al-Kitab (Al-Qur’an) dan dirikanlah shalat. “Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan munkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya daripada ibadah-ibadah yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
(Q.S. Al-Ankabut : 45)
إِنَّ الصَّلَاةَ تَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاء وَالْمُنكَرِ وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ

Seorang yang selalu menjaga untuk ingat kepada Allah, maka Allah akan membersamainya. Dan bila Allah membersamai maka hamba tersebut tidak akan mungkin bermaksiat kepada-Nya. Dzikrullah akan menumbuhkan rasa muraqobbah merasa dalam pengawasan Allah. Sehingga terbingkai perilakunya dalam akhlak mulia yang terjaga dari perbuatan dosa.

Selain agar kita terjaga dari perbuatan dosa dan selalu merasa terawasi oleh Allah. Dzikir juga memiliki tujuan-tujuan yang bermanfaat bagi seorang hamba.

1. Dzikir dapat memperbarui keimanan serta memperkokoh hubungan dengan Allah
 
“Al-imanu yazidu wa yankus, iman itu bisa naik dan bisa turun” begitu Rasulullah mengingatkan dalam sabdanya.
Secara prinsip, iman dapat naik bersamaan dengan bertambahnya ketaatan kepada Allah swt.  Sebaliknya, iman dapat turun bersamaan dengan semakin berkurangnya ketaatan kepada Allah swt. (banyak maksiat). Dan dzikir adalah upaya untuk menjaga agar iman tetap berada dalam jalurnya yaitu ketaatan agar selalu meningkat pesat. Dzikrullah akan membawa konsekuensi seorang hamba dekat dengan Allah dan merasa terawasi oleh-Nya sehingga tidak mungkin berani untuk melanggar larangan-Nya.

2. Dzikir sebagai bentuk ungkapan syukur

Syukur adalah sebuah ungkapan mulia penanda cinta.  Ungkapan terima kasih atas pemberian nikmat yang tiada terhingga dan tak terdustai di setiap jengkal, hasta, dan depa kehidupan. Semua adalah dari Allah. Maka seorang hamba yang baik pastilah senantiasa ingat untuk mensyukuri segala apapun yang Allah beri.  Yang dengan kesyukuran itu maka Allah menambah nikmat kepada hambaNya.
لَئِن شَكَرْتُمْ لأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِن كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ

“Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih” (QS. Ibrahim : 7)

Bahkan Rasulullah pun yang telah dijaminkan surga dan dimakshumkan dari perbuatan dosa. Beliau saw, tetap menjalankan dzikir sebagai sebuah penanda syukur. Dikisahkan dari Ummul Mukmin Aisyah, bahwa pernah menjumpai rasulullah shalat malam hingga tumitnya bengkak-bengkak. Subhanallah.
Aisyah r.a. menuturkan, “Rasulullah saw. pernah bangun malam (shalat tahajud) hingga kedua kakinya bengkak. Aku bertanya kepada beliau, ‘Mengapa engkau melakukan hal ini, padahal dosa-dosamu yang telah lalu dan yang akan datang telah diampuni?’ Beliau menjawab, tidak bolehkah aku menjadi hamba yang banyak bersyukur?” (H.R. Al-Bukhari, Muslim, dan Ahmad).

3. Dzikir membuat tenteramnya hati

الَّذِينَ آمَنُواْ وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُم بِذِكْرِ اللّهِ أَلاَ بِذِكْرِ اللّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ
“..... (yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.” (QS. Ar Rad : 28)

Banyak dan peliknya permasalahan kehidupan terkadang membuat seseorang  resah gelisah, sehingga  menjadikan putus harapan bila  target-target yang dicanangkannya tidak tergapai. Frustrasi, stress, mungkin itu adalah gambaran yang selalu muncul ketika menghadapi kegagalan. Tapi tidak bagi orang yang senantiasa menjaga jiwanya untuk selalu ingat kepada Allah. Seorang yang ingat kepada Allah akan merasa tenteram, semua itu berdasar karena keyakinan bahwa  ada yang mengatur seluruh kehidupan, dan menyakini bahwa pilihan Allah adalah pilihan yang terbaik dari semua pilihan yang kita miliki.
وَعَسَى أَن تَكْرَهُواْ شَيْئاً وَهُوَ خَيْرٌ لَّكُمْ وَعَسَى أَن تُحِبُّواْ شَيْئاً وَهُوَ شَرٌّ لَّكُمْ وَاللّهُ يَعْلَمُ وَأَنتُمْ لاَ تَعْلَمُونَ

“Boleh jadi kamu membenci sesuatu padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi pula kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu, Allah mengetahui sedang kamu tidak mengetahui.” (Q.S. Al-Baqarah : 216)

Karena keyakinan inilah maka seorang hamba  tidak akan bersikap berlebih-lebihan ketika ditimpa ujian baik ujian kelapangan maupun kesempitan. Semuanya adalah sama dan tersikapi dengan sikap yang terbaik.  Seandainya tertimpa kemalangan, maka kesabaran akan menjaga nya dari keputusasaan. Karena yakin bahwa kemalangan ujian yang dihadapinya telah terukur “Laa yukalifullahu nafsan illa wus’aha”.

4. Dzikir menumbuhkan optimisme dan  produktivitas beramal dan bekerja

Selain menumbuhkan ketenteraman hati, dzikir juga mampu melahirkan semangat untuk produktif dalam melahirkan amal-amal.  Semua itu terbingkai  dalam muraqabah  merasa terawasi oleh Allah. Sehingga memacu untuk memberikan yang terbaik untuk Allah.  Konsep IHSAN, beribadah laksana dilihat oleh Allah.
Dalam Hadits Arbain yang ditulis oleh Imam An Nawawi, Hadits yang kedua yang sanadnya berasal dari Umar bin al-Khaththab, Nabi saw. bersabda, “Ihsan adalah engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihatnya, jika engkau tidak melihatnya maka Dia melihat engkau.” (H.R. Muslim)
اَنْ تَعْبُدَ اللهَ كَاَنَّكَ تَرَاهُ وَاِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ وَاِنَّهُ يَرَاكَ

Maka seorang hamba yang selalu berdzikir, akan termotivasi melahirkan amal-amal dengan kualitas yang terbaik. Semua itu dilandasi atas dasar ingat selalu dalam pengawasan Allah. Seorang hamba yang berdzikir, akan menyakini bahwa kehidupan dan kematian adalah sebuah ujian untuk mengetahui siapa yang terbaik dalam amal. Maka  berlomba-lomba dalam kebajikan, berfastabiqul khairat adalah suatu keniscayaan.
الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلاً وَهُوَ الْعَزِيزُ الْغَفُورُ
“Dialah yang menjadikan kematian dan kehidupan, untuk menguji siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya.Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.” (Q.S. Al Mulk : 2)

Jika untuk urusan ukhrawi saja sebegitu semangatnya melahirkan amal terbaik. Tentu pulalah di dunia mereka juga lebih bersemangat dan produktif dalam bekerja. Karena dunia adalah ladang amal untuk mempersiapkan bekal akhirat. Maka untuk urusan dunia pun produktikvitas kerjanya tidak perlu diragukan lagi. Semua itu terlandasi oleh semangat ingat  bahwa Allah akan melihat hasil kinerjan
وَقُلِ اعْمَلُواْ فَسَيَرَى اللّهُ عَمَلَكُمْ وَرَسُولُهُ وَالْمُؤْمِنُونَ وَسَتُرَدُّونَ إِلَى عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُم بِمَا كُنتُمْ تَعْمَلُونَ
Dan katakanlah: "Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan. (QS. At Taubah : 105)

Demikianlah tadi tentang arti pentingnya berdzikir, yang mampu memberikan efek positif pada seorang hamba. Semoga kita termasuk hamba yang selalu ingat pada-Nya. Amin.
أَقُوْلُ قَوْلِي هَذا أَسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرّحِيْمِ


Sumber :
AlQuran Digital