Alfaqih Warsono
Faktor-Faktor
Eksternal Penyebab Kempesnya Iman
إِنّ
الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ
مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ
مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ
اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ اَللهُمّ صَلّ
وَسَلّمْ عَلى مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ
إِلَى يَوْمِ الدّيْن. أمّا بعد: أيُّهَا الْحاضِرُوْن رحمكم الله إِتَّقُوااللهَ.
قال اللهُ : اعوذ بالله من الشيطان الرجيم، يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا
اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
Sidang Jumat
rahimakumullah,
Bila seorang muslim
dituntut mengetahui faktor-faktor penguatnya iman agar dia menerapkannya, maka
demikian juga dia dituntut untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat mengurangi
iman agar dia waspada dan menjauhinya. Dan perlu disampaikan terlebih dahulu
bahwa menyepelekan masalah faktor-faktor kembang kempesnya iman termasuk faktor
utama lemahnya iman.
Faktor-faktor
lemahnya iman banyak sekali, namun dapat diklasifikasikan menjadi dua: faktor
internal (dalam) dan faktor eksternal (luar).
Adapun, faktor-faktor
eksternal (luar) banyak sekali, di antaranya:
1.
Setan
Setan memiliki misi
dan ambisi untuk merusak iman seorang hamba. Jika seorang hamba pasrah dan
menyerah pada bisikan dan godaan setan, maka dia akan menjadi budak setan dan
akan semakin lemah imannya. Karena itu, Allah mengingatkan kita semua agar
berhati-hati dari tipu daya setan.
يَـٰٓأَيُّهَا
ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ لَا تَتَّبِعُوا۟ خُطُوَٰتِ ٱلشَّيْطَـٰنِ ۚ وَمَن
يَتَّبِعْ خُطُوَٰتِ ٱلشَّيْطَـٰنِ فَإِنَّهُۥ يَأْمُرُ بِٱلْفَحْشَآءِ
وَٱلْمُنكَرِ ۚ وَلَوْلَا فَضْلُ ٱللَّهِ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَتُهُۥ مَا زَكَىٰ
مِنكُم مِّنْ أَحَدٍ أَبَدًۭا وَلَـٰكِنَّ ٱللَّهَ يُزَكِّى مَن يَشَآءُ ۗ
وَٱللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌۭ ﴿٢١﴾
Hai orang-orang yang
beriman, janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan. Barangsiapa yang
mengikuti langkah-langkah setan, maka sesungguhnya setan itu menyuruh
mengerjakan perbuatan yang keji dan yang mungkar. Sekiranya tidaklah karena
kurnia Allah dan rahmat-Nya kepada kamu sekalian, niscaya tidak seorang pun
dari kamu bersih (dari perbuatan-perbuatan keji dan mungkar itu)
selama-lamanya, tetapi Allah membersihkan siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah
Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS. an-Nûr [24]: 21)
Ibnul Jauzi berkata,
“Sewajibnya bagi setiap hamba yang berakal untuk waspada dari tipu daya setan
yang telah memproklamasikan permusuhannya sejak masa Nabi Adam. Dia telah
menghabiskan seluruh umurnya untuk merusak anak Adam.”
Setan adalah musuh
bebuyutan yang sangat berambisi untuk merusak iman dan aqidah. Barangsiapa yang
tidak membentengi dirinya dengan dzikir kepada Allah dan berlindung kepada-Nya
maka dia akan menjadi prajurit setan yang terombang-ambing dalam dosa. Sungguh,
alangkah malangnya dan rusaknya iman prajurit setan!!
2.
Fitnah gemerlapnya dunia
Termasuk perusak iman
adalah sibuk dengan gemerlapnya dunia dan mengikuti arus godaan dunia. Ibnul
Qayyim berkata, “Semakin manusia cinta terhadap dunia maka semakin malas dari
ketaatan dan amal untuk akhirat sesuai dengan kadarnya.”
Oleh sebab itu, Allah
banyak menjelaskan dalam al-Qur’an tentang hinanya dunia dan celaan terhadap
dunia, di antaranya firman Allah:
ٱعْلَمُوٓا۟
أَنَّمَا ٱلْحَيَوٰةُ ٱلدُّنْيَا لَعِبٌۭ وَلَهْوٌۭ وَزِينَةٌۭ وَتَفَاخُرٌۢ
بَيْنَكُمْ وَتَكَاثُرٌۭ فِى ٱلْأَمْوَٰلِ وَٱلْأَوْلَـٰدِ ۖ كَمَثَلِ غَيْثٍ
أَعْجَبَ ٱلْكُفَّارَ نَبَاتُهُۥ ثُمَّ يَهِيجُ فَتَرَىٰهُ مُصْفَرًّۭا ثُمَّ
يَكُونُ حُطَـٰمًۭا ۖ وَفِى ٱلْءَاخِرَةِ عَذَابٌۭ شَدِيدٌۭ وَمَغْفِرَةٌۭ مِّنَ
ٱللَّهِ وَرِضْوَٰنٌۭ ۚ وَمَا ٱلْحَيَوٰةُ ٱلدُّنْيَآ إِلَّا مَتَـٰعُ ٱلْغُرُورِ
﴿٢٠﴾
Ketahuilah, bahwa
sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan,
perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang
banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para
petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning
kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan
dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah
kesenangan yang menipu. (QS. al-Hadîd [57]: 20)
Maka bagi setiap hamba
yang ingin menyuburkan imannya untuk melawan nafsunya agar tidak tertipu dengan
godaan dunia yang sangat banyak sekali. Dan hal itu terwujudkan dengan dua hal:
Pertama: Memahami bahwa dunia ini finishnya
adalah fana dan kehancuran.
Kedua: Menyongsong kehidupan akhirat yang
penuh nikmat dan abadi.
3.
Teman yang jelek
Mereka adalah perusak
iman dan akhlak yang sangat dominan. Nabi pernah bersabda:
الرَّجُلُ
عَلَى دِينِ خَلِيلِهِ فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلُ
“Seorang itu
berdasarkan agama temannya, maka hendaknya seseorang melihat dengan siapakah
dia berteman.”
Islam melarang kita
berteman dengan teman-teman yang rusak karena tabiat manusia itu meniru
temannya. Bila dia berteman dengan para penuntut ilmu maka akan bangkit
semangat menuntut ilmu. Bila berteman dengan orang yang cinta dunia maka akan
bangkit cinta dunia, dan demikian seterusnya.
Maka hendaknya
seorang memilih teman-teman yang baik sehingga membuahkan kebaikan dan manfaat
baginya serta pengaruh yang positif baginya dan sebaliknya hendaknya mewaspadai
dari teman-teman yang rusak karena pengaruh mereka sangatlah besar. Betapa
banyak orang baik menjadi rusak karena teman.
Termasuk dalam hal
ini pada zaman kita sekarang adalah duduk menyaksikan parabola dan situs-situs
rusak yang beredar di dunia maya yang diselundupkan oleh musuh-musuh Islam ke
rumah-rumah kaum muslimin sehingga menyebarlah racun-racun yang ganas.
Maka hendaknya bagi
kaum muslimin untuk menjaga dirinya dan rumahnya dari perusak-perusak iman.
Hanya kepada Allah
kita memohon agar Allah memantapkan iman kita dan menghindarkan kita semua dari
perusak-perusaknya. Semoga Allah memberikan kekuatan kepada kita sehingga kita
mampu menolak dan menghindar dari factor-faktor eksternal yang dapat merusak
iman kita. Amin
أَقُوْلُ قَوْلِي
هَذا أَسْتَغْفِرُ اللهَ إِنّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرّحِيْمِ